Dada: Penyelamatan Sungai Harus Revolusioner

Bandung, (Lj)- Penyelamatan Sungai Cikapundung harus dilakukan secara revolusioner, yakni serentak, massal dan berkesinambungan, dengan melibatkan seluruh komponen pemerintahan, masyarakat dan dunia usaha, dengan didasari pemahaman bahwa sungai ini merupakan salah satu alat yang memompa denyut nadi kehidupan Kota Bandung.

Hal tersebut dikemukakan oleh Walikota Bandung Dada Rosada dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung Ahmad Rekotomo, pada acara Gerakan Cikapundung bersih dalam rangka hari jadi ke-201 Kota Bandung, di Parkir timur Cikapundung, Rabu (12/10).

Mengembalikan Sungai Cikapundung sesuai fungsinya yang hakiki, menurutnya tentu saja bukan pekerjaan yang mudah, dalam arti butuh waktu dan proses yang cukup panjang pula. “Terhadap kenyataan tersebut, saya menetapkan tahapan-tahapan penataan, yang secara berurut dilakukan melalui kegiatan bakti sosial, pengerukan sungai, inventarisasi bangunan di bantaran sungai dan perubahan tata letak bangunan yang semula membelakangi sungai menjadi menghadap sungai, penatan sempadan, pembangunan bangunan air, serta penghijauan, pelepasan burung dan menebar ikan,” jelasnya.

Meski tahapan-tahapan tersebut cukup berat, namun walikota optimis akan berjalan secara konsisten karena warga Kota Bandung memiliki budaya juang seperti ketika gigih melawan kaum penindas melalui peristiwa Bandung Lautan Api 1946 dan Konferensi Asia-Afrika 1955.

Sementara itu menurut Ketua Tim Gerakan Cikapundung Bersih (GCB), Gunadi Sukma Bhinekas, kegiatan pembersihan Sungai Cikapundung sudah dilakukan sejak hari senin sampai dengan hari Selasa di 13 Lokasi dengan melibatkan sekitar 2.000 personel dari SKPD terkait, TNI dan Polri, Komunitas pencinta Cikapundung dan masyarakat sekitarnya.

“Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, yang biasanya kegiatan ceremonial dulu baru turun ke sungai, untuk tahun ini, kegiatan cikapundung bersih sudah dilakukan 2 hari sebelumnya, yaitu di 13 titik lokasi diantaranya, daerah sabuga, Pelesiran, Pulosari, unisba, Viaduct, PLN, Unpas, pasar Kordon, curug ece, dan Jalan Soekarno Hatta,” ujar Gunadi.

Lebih lanjut menurut Gunadi, ruang lingkup GCB dilakukan dengan 2 aspek yaitu hal teknis dan pendekatan Kultural. Untuk hal teknis, kegiatannya menurut Gunadi seperti pengerukan sedimentasi sungai, pengerukan sampah, pembuatan kirmir pengadaan sarana prasarana. “Sedangkan dalam pendekatan kultural, diantaranya dengan membentuk komunitas peduli Cikapundung, sampai saat ini sudah lebih dari 43 komunitas yang terbentuk, yang kegiatannya kepada penguatan budaya gotong royong membersihkan sungai dan sempadannya,” ujar Gunadi.

Dengan kedua pendekatan tersebut, menurutnya sudah tampak hasilnya, ketika kegiatan GCB tahun 2010 saat pengerukan sampah yang ada di sungai, terangkut sekitar 108 m3, sedangkan untuk tahun ini hanya sekitar 56 m3 sampah. “Dari jumlah sampah yang ada di sungai dan terangkut dapat terlihat adanya penurunan sampah yang ada di sungai Cikapundung, sehingga dapat dikatakan kegiatan Cikapundung bersih ini cukup berhasil,” ujar Gunadi.

Dalam kesempatan itu juga diserahkan, tempat sampah, roda sampah, pohon kepada komunitas cikapundung. Selain itu  Kepala BPLH dan ketua Tim Cikapundung bersih menebar ikan di sungai Cikapundung, begitu juga dengan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandung Ny. Nani Dada Rosada ikut menebar ikan. (Herdi)

Tinggalkan Balasan