Disparbud Jabar Gelar Pencetakan 100 Ribu Wirausaha Baru Bidang Pariwisata

TASIKMALAYA LJ – Pencetakan 100 ribu wirausaha baru bidang pariwisata yang berlangsung di Hotel Santika–Kota Tasikmalaya, akan berlangsung selama 3 hari dari sejak 6 – 8 Oktober 2015.

Dikatakan Kepala Balai Pengembangan Kemitraan, SDM Kepariwisataan Dan Kebudayaan, Drs. Rusyandi, M,Si, acara tersebut memberikan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, motivasi, inovasi dan kreatifitas yang tinggi dalam implementasi pengelolaan wirausaha dalam bidang pariwisata. Selain juga mengefektifkan para peserta pelatihan pencetakan 100 ribu wirausaha baru agar lebih memiliki rasa kebersamaan yang harmonis dalam menjunjung nilai-nilai kreatifitas dalam pengembangan “wirausaha baru” khususnya di sektor kepariwisataan di jawa barat.

“Kegiatan pencetakan 100 ribu wirausaha baru bidang pariwisata ini diikuti oleh 50 peserta, yang merupakan para pelaku wirausaha yang terdapat di kab/kota yang terdapat di jawa barat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Drs. Nunung Sobari, MM. menegaskan dalam sambutannya data yang ada jumlah pelaku usaha di jawa barat masih di bawah dua persen dari total penduduk di provinsi tersebut, oleh karenanya untuk sebuah negara berkembang idealnya memiliki pelaku usaha lebih dari 2 persen, sedangkan indonesia pada tahun 2010 baru mencapai 0,24 persen dari total penduduk, sedangkan pada tahun 2013 ada peningkatan menjadi 1,56 persen untuk target 2014 adalah 2 persen atau 4,171 juta pengusaha dari 237 juta penduduk.

Untuk itu, lanjutnya pemerintah berupaya memfasilitasi kegiatan pencetakan 100 ribu wirausaha baru, melalui kegiatan yang dikoordinasikan di 13 OPD ini adalah agar para wirausaha ini memiliki daya saing.

“Harapannya produk wirausaha itu memiliki nilai yang profesional, kompetensi. demikian pula produk yang dihasilkan wirausaha harus memiliki nilai yang berbeda dengan yang lainnya,” ujarnya.

Lebih dari itu, saat diberlakukan pasar bebas asean pada 2015, ditargetkan bisa bersaing dengan produk dari negara lain. “bila kita tidak punya daya saing dan produk yang unik (deferensiasi) kita akan kala. untuk itu, perlu adanya perubahan paradigma dan cara pandang dalam membuat produk, yakni produk yang dikemas dan punya daya tawar yang tinggi dan jawa barat punya kapasitas dan potensi dalam menghasilkan produk yang khas dan unik, hanya saja perlu ditingkatkan lagi daya saing dan tentunya memenuhi standar pasar global,” paparnya.

Berkaitan dengan pencapaian tersebut perlu dilakukan suatu proses kewirausahaan yang diawali dengan adanya inovasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti kepariwisataan. pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkunga. faktor-faktor tersebut membentuk “locus of control”, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausahawan yang besar, secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.

Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memperngaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. oleh kerana itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga. empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan yakni proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut.

“Dalam penciptaan 100 ribu wirausaha baru khususnya di bidang pariwisata diharapkan dapat memotivasi dirinya untuk menjadi pengusaha yang handal, sehingga pada akhirnya generasi muda sebagai kader cerdik cendekia bangsa dapat menjadi pengusaha-pengusaha tangguh guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat indonesia yang lebih baik,” pungkasnya. (San)

 

Tinggalkan Balasan