BANDUNG (LJ) – Seketaris Dinas Pendidikan (Sekdis) Provinsi Jawa Barat Drs. Dedi Sutardi mengatakan, ada sekitar 870 sekolah di Jabar baru menerapkan sistem kurikulum 2013. Hal itu, sudah dimuali pada tahun ajaran 2013-2014, dengan rincian untuk tingkat SD sebanyak 257 sekolah, SMP sebanyak 133 sekolah, SMA sebanyak 228 sekolah dan SMK sebanyak 252 sekolah yang tersebar di 27 Kab/kota se Jabar.
Dikatakannya, berdasarkan persiapan, pusat sudah mengadakan program pelatihan. Baik pelatihan yang dilakukan oleh para guru maupun kepala sekolah yang termasuk alat penunjang seperti buku-bukunya juga sudah disiapkan oleh pusat.
Untuk tahun pelajaran yang akan datang 2014-2015, menurut dia, semua sekolah di Jabar harus melaksanakan kurikulum 2013. “ Sekarang baru untuk kelas 1 dan 4, tahun depan baru semuanya Sedangkan untuk tingkat SMP baru kelas VII saja tahun depan kelas VII dan VIII, sementar untuk tingkat SMA sekarang baru kelas X tahun depan X dan XI, “kata Dedi Rabu (8/1/2014)
Lanjut Dedi, sosialiasasi kurikulum 2013 telah dilakukan secara berjenjang, mulai dari Provinsi sampai ke Kabupaten/kota. Namun, yang paling penting dalam sosailiasi adalah menyiapkan pendidiknya.
Tenaga pelatihan ini adalah Unit Pelakasaana Teknis dari pusat yang terdiri dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) yang di Cimareme Kab Bandung Barat, P4TK ( P4TK PLB Jl DR Rum, P4TK IPA di Jl Diponogoro, P4TK Teknologi di Cimahi dan P4TK Pertanian di Cianjur), semuanya itu diberi tugas oleh pusat untuk melatih guru SD, SMP, SMA/SMK.
Dinas Pendidikan Provinsi dan Kab/kota juga di beri kewenangan untuk melaksanakan pelatihan bagi guru, Tapi tenaga tutornya tetap ditunjuk dari pusat yang sudah punya sertifikat nasional. Tematik ( Gabungan ) SD, mungkin di awal-awal akan menemukan permasalahan tapi kalau sekolah swasta yang sudah maju tentuya sudah biasa.
Kurikulum 2013, ini beban guru akan bertambah. Karena, menurut dia, guru harus mengomentari setiap jawaban murid. Soal benar atau salah jawaban murid, guru harus mengomentari atas jawabanya yang diberikan murid.
“Sehingga beban guru menjadi berat, untuk itu perlu adanya penyesuaian, terutama bagi guru non eksat, “jelas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan, setiap guru mempunyai target 24 jam mengajar dalam seminggu, sehingga mengharuskan guru memegang banyak kelas. Misalnya satu kelas ada siswa dan guru tersebut memegang 4 kelas maka dia harus mengomentari sebanyak 160 jawaban murid.
Sedangkan bagi guru eksat ( Matematika dan IPA) tidak perlu bayak kelas karena cukup 4 jam. Untuk kedepan kelas jangan terlalu gemuk. Cukup saja satu kelas 36 siswa sedangkan sekarang rata-40 siswa, atau mengurangan jam mengajar.
Dia menambahkan maksud diterapkannya atau tujuan dari kurikulm 2013, adalah ingin memberikan pendidikan yang berkualitas dan ingin memberikan pengetahuan yang utuh tidak tercerai berai. Tidak hanya logikanya yang jalan, namun intelegensi dan kecerdasan emosionalnya juga ikut jalan. (Ly)