Pendidikan Aqil Baligh Akan Lahirkan Generasi Konstruktif

BANDUNG, LJ – Parenting bagian dari pekerjaan dan ketrampilan orang tua dalam mengasuh anak. Parenting juga suatu cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.

Pendidikan pada aqil baligh menjadi sangat penting, pasalnya dari sisi visi dan misi hidup, anak-anak aqil baligh sudah menemukan potensi dirinya dan mampu mengembangkan potensi diri, potensi alam dan potensi zaman.

Bukan hanya itu, anak aqil baligh juga sudah harus melatih kemampuan mengadabkan manusia, mampu mengadabkan alam, zaman, dan memiliki akhlak mulia. Karena misi kehidupan para aqil baligh tidak akan jauh dari misi hidup Rasulullah yaitu menyempurnakan akhlak manusia.

Demikian terungkap dalam Seminar Parenting Pendidikan Aqil Baligh yang diinisiasi Pimpinan Jamaah Persatuan Islam Isteri (PJ Persistri) Maleer Kota Bandung, di Masjid Al Qur’anu Imami RW 01 Jalan Maleer V, Minggu (03/3/2019).

Seminar yang pesertanya didominasi kaum hawa ini menghadirkan dua pembicara antara lain anggota DPRD Kota Bandung, H. Arif Hamid Rahman, SH beserta Manager Operasional Unit Pelatihan Suryakanti Bandung, Dewi Arsyanti, S.Psi.

Dikatakan Dewi Arsyanti, di usia ini anak-anak diajarkan untuk tuntas melakukan pilihan kegiatannya. Bahkan perbanyak aktivitas anak-anak yang membuat mereka bener-bener merasa enjoy.

“Apa yang sudah dipilih harus diselesaikan. Tidak boleh setengah-setengah. Perkara nanti mau ganti aktivitas lain, silakan. Syaratnya yg pertama harus selesai.  It’s nice to do what you love, but the secret of life is to love what you do,” terangnya.

Anak-anak yang sudah masuk aqil baligh ini, sambungnya akan memiliki peran peradaban diantaranya, sebagai khalifah fil Ardh, mampu memikul kewajiban syar’i secara individu dan social dan terakhir menjadi muzakki.

“Ciri paling generik dan penting bagi generasi aqil-baligh adalah kemampuan untuk memikul tanggung jawab yakni mukallaf. Bermula dari tanggung jawab pada Allah, yang akhirnya menjelma menjadi tanggung jawab pada diri, hak milik, otoritas teritorialnya, kemanusiaan dan alam semesta,” jelasnya.

Sedang ditegaskan Arif Hamid Rahman yang juga Ketua Fraksi Gerindra Kota Bandung ini bahwa generasi aqil-baligh perlu disiapkan karena kita ingin lahirkan generasi yang konstruktif.

“Karena generasi yang aqil tanpa baligh dan sebaliknya, akan bikin banyak masalah. Kita juga tak ingin membentuk generasi dengan masa transisi yang panjang, karena transisi itu banyak mudharatnya,” sambungnya.

Arif menilai jika seorang anak manusia rajin shalat lima waktu namun buang sampah sembarangan, tampaknya ia tak sedang dididik menjadi aqil-baligh, tapi sekadar dididik untuk terbiasa shalat.

“Ya, karena tanggung jawab pendidikan aqil baligh adalah sebuah paket yang utuh atau kaffah. Dan inilah pentingnya mendidik aqil atau berakal. Karena, tak sulit bagi akal untuk memahami pentingnya kebersihan, ketertiban, disiplin, konservasi, dan berperilaku hijau. Tapi ini kita tekankan pendidikan akal lho ya, bukan pendidikan intelektualitas-akademik semata,” kata Arif yang kembali maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) untuk DPRD Jabar Dapil Jabar I (Kota Bandung-Kota Cimahi).

Disamping itu, lanjutnya, pola asuh adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan pada penataan lingkungan sosial, lingkungan budaya, suasana psikologis serta perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak.

“Ciptakan tanggung jawab terhadap lingkungan dapat dimulai dari tanggung jawab terhadap lingkungannya sendiri. Kemudian di break down dengan langkah kecil yang biasa dia lakukan sekarang. Lama-lama anak akan jadi project based talent leader,” pungkasnya. (Ihsan)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan