[lintasjabar tkp=”Kab. garut”] Tampaknya warga Desa Padasuka Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut dapat sedikit berbangga diri, sebab daerahnya kini dikunjungi wakil rakyatnya. Bahkan diakui warga sekitar bahwa selama ini belum pernah ada kunjungan anggota legislatif yang duduk di Gedung Senanyan hadir dan menyapa warga disana.
Maka tak heran, tampak banyak warga antusias berdatangan mengikuti acara Sosialisasi Empat Pilar yang menghadirkan anggota MPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Haerudin, S.Ag. MH. di Ruang Serba Guna Desa Padasuka Jl.Keresek – Sukamerang Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut, Rabu (4/12/2019).
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
Pada kesempatan itu Haerudin memaparkan Pancasila bukan sebuah konsep yang mati. Ia menilai justru kandungan nilai nilai yang termaktub dalam Pancasila itu hidup dalam kehidupan masyarakat.
“Jika salah memahami nilai akan salah memahami pancasila, maka adab yang hari ini menjadi prilaku adalah bisa mengejawantahkan nilai, norma serta etika yang hidup dalam sosial kemasyarakatan kita. Dan itulah identitas nasional kita,” papar legislator muda yang kembali terpilih dari Dapil Jabar XI ini.
Acara tampak dihadiri tokoh masyarakat, jua perangkat Desa Padasuka yang diwakili Heri, Babinsa Desa Padasuka, Cakom, BPD Desa Padasuka, Dede Usman juga Yayasan AS-Syifa, Ida yang juga merupakan aktifis muda Islam yang selama ini membina Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah Desa Padasuka.
Haerudin menilai memelihara adab adalah bagian dari bentuk perekat kenasionalan, dan itulah nilai pancasila persatuan Indonesia.
Begitu pula, sambungnya, adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum.
“Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam,” paparnya.
Ia mengutip pernyataan Abu Isma’il al-Harawi, pengarang kitab Manazil as-Sa’irin, bahwa yang dimaksud dengan adab adalah menjaga batas antara berlebihan dan meremehkan serta mengetahui bahaya pelanggaran. Keberhasilan seseorang biasanya ditentukan oleh adab yang dimiliki.
Selain itu, menurut Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Ghazali karya Luqman Junaedi, adab menurut Rasulullah SAW adalah pendidikan tentang kebajikan yang merupakan bagian dari keimanan.
Masih di buku yang sama, al-Hujwiri berpendapat, adab merupakan keindahan dan kepatutan suatu urusan agama atau dunia.
“Kesemuanya itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi. Dan nilai-nilai ketaatan kepada Allah SWT dan cinta kepada Rasulullah biasanya berdasar pada pendidikan moral. Seseorang yang tidak peduli dengan pendidikan moral, ia tidak akan mampu mencapai derajat kesalihan,” ujar anggota Komisi IV ini.
Sementara itu, Kasi pemerintahan Desa Padasuka, Ustadz Heri menyampaikan bahwa Pancasila jadi jembatan antara negara dan agama. Ia juga menandaskan kandungan Pancasila harus benar-benar dipahami warga.
“Jika warga ga paham pancasila maka negara akan terjadi ketidak seimbangan. Oleh sebab para penyelenggara negara akan melangkah tanpa aturan,” terangnya.
Pada kesempatan itu, Babinsa Desa Padasuka, Cakom turut menghimbau agar warga wajib memahami pancasila sebab pancasila merupakan ideologi negara. (San)