[lintasjabar tkp=] Hal yang menarik dari keberadaan industri tempe adalah skala industrinya yang kebanyakan masih berupa industri kecil dan menengah yang berproduksi dengan metode tradisional atau bisa dikatakan home industri, padahal sejauh ini daya beli masyarakat untuk produk ini relatif tinggi.
Meskipun di dalam persaingan dengan makanan luar negeri, tempe tetap eksis di pasaran. Pasar untuk produk ini pun tergolong cukup luas, namun biasanya konsumen tempe merupakan kalangan menengah ke bawah.
Melihat prosfek industri tempe ke depan, selain dibutuhkan bantuan modal juga diperlukan adanya pelatihan dan pendidikan keterampilan sehingga bisa menciptakan kualitas SDM yang handal di bidang home industri tempe.
Hal tersebut dikemukakan salah seorang warga Sukapada pada saat reses II tahun sidang 2019-2020 yang dilaksanakan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Arif Hamid Rahman, SH di Gedung Serba Guna RW 16 Jalan Babakan Baru Kelurahan Sukapada Cibeunying Kidul Bandung, Rabu (4/3/2020).
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB hingga menjelang sore ini, berjalan tertib dan hangat. Lokasi kegiatan yang bersebelahan dengan Universitas Widyatama Bandung ini dihadiri hampir seratus orang warga dengan terus menerus menyampaikan aspirasi dan masukan pada saat sesi dialog.
Manurut Arif, pasar yang sanggup menampung produk tempe di setiap wilayah selalu terbuka lebar, namun untuk bisa bertahan akan di butuhkan langkah dan strategi yang efektif.
“Terutama bagaimana pekerja terampil serta segi kualitas tempe sebab bila kualitas tempe baik, secara otomatis persaingan di pasaran akan bisa kita hadapi. Home industri tempe malah sangat baik dalam menciptakan tenaga kerja bagi masyarakat sekitar,” terang Arif didampingi anggota DPRD Kota Bandung dari FP Gerindra, Hasan Fauzi, S.Pd.
Menurutnya, lebih baik warga membuat kelompok industri tempe agar permodalan dapat disalurkan bukan pada bantuan perseorangan.
Bahkan program pada bantuan-bantuan serupa itu, sambungnya telah ada di instansi pemerintah dalam salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Yang jelas, bila warga melihat prosfeknya cukup baik dan banyak yang berkeinginan menjalankannnya maka segera bentuk kelompok. Saya akan coba mencarikan informasi dan mendorong untuk diberikan bantuan,” jelas anggota Komisi I ini.
Dijelaskan mantan Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kota Bandung ini, di era globalisasi dengan persaingan yang tinggi ini pemerintah mengharapkan agar masyarakat lebih produktif dan tidak hanya menjadi konsumen dari pasar global. Terlebih, lanjutnya, dengan kemudahan teknologi sehingga mempermudah promosi dan pemasaran.
“Oleh karena itulah, perlu untuk diadakan pelatihan keterampilan home industri secara bertahap agar warga dapat memanfaatkan keterampilan tersebut untuk mengembangkan kesejahteraannya. Supaya palinter jeung ahli menguasai fokus garapanna,” ujarnya.
Ia menilai, dengan mengikuti pelatihan diharapkan dapat memberikan rangsangan atau stimulus terhadap sumber daya manusia dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam pencapaian tujuan. (San)