Opini  

Pentingnya Wawasan Kebangsaan di Kalangan Mahasiswa Milenial

Ditulis Oleh: H. Arif Hamid Rahman, SH*

WAWASAN Kebangsaan atau Wawasan Nusantara merupakan cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungannya dengan tujuan menjaga kesatuan dan persatuan, serta keutuhan bangsa Indonesia. Dengan adanya pemahaman akan Wawasan Nusantara, bangsa Indonesia akan menjadi kuat dan semakin diakui oleh dunia, serta mampu menghadapi ancaman dari luar. Maka dari itu, penting bagi masyarakatnya untuk memahami Wawasan Nusantara, terutama bagi mahasiswa.

Seiring perkembangan teknologi yang semakin maju, semua orang harus ingat akan pentingnya moral kebangsaan. Serta menerapkan nilai-nilai Pancasila. Jika perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tidak dibarengi dengan penguatan nilai moral, maka arah perkembangan tersebut justru dapat menuju kerusakan dan menjatuhkan martabat kemanusiaan.

“Boleh Ilmu Teknologi (IT) maju, boleh ilmu pengetahuan maju dan seterusnya, tetapi jangan sampai lupa pada moral. Kalau tidak ada moralitas, maka arah dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menuju kerusakan,”

Pancasila sebagai nilai moral bangsa perlu dipraktikkan dan direalisasikan dalam kehidupan. Karena Pancasila itulah maka ilmu pengetahuan kemudian tidak hanya mengacu kepada ilmu kebenaran saja.

Bela Negara warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan warga negara terhadap tanah air yang sudah memberikan kehidupan kepadanya.

Adapun tanggung jawab untuk melakukan bela negara bukan hanya berada di tangan perseorangan, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, dari tingkat pimpinan hingga akar rumput (grassroots) sesuai dengan pokok dan fungsinya. Bahkan Lembaga Pendidikan Kampus maupun Mahasiswa memiliki peran penting dalam menjangkau masyarakat terkait internalisasi nilai bela negara karena akses mereka yang bersentuhan langsung dengan berbagai golongan masyarakat.

Bela negara di Indonesia merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin keberlangsungan hidup bangsa dan negara seutuhnya, seperti secara eksplisit tertuang dalam UUD 1945 Pasal 30: “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang tentang pembelaan diatur negara”.

Gerakan Revolusi Mental

Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental.

Karakteristik Revolusi Mental

Terdapat delapan prinsip revolusi mental yang menunjukkan karakteristik dari revolusi ini, yaitu:
 Bukan proyek pemerintah, melainkan gerakan sosial untuk mendorong kemajuan bangsa Indonesia.
 Adanya tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah.
 Sifatnya harus lintas-sektoral.
 Bersifat partisipatif, di mana ada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, dan juga dengan sektor khusus serta akademisi.
 Diawali dengan program pemicu untuk mengubah perilaku masyarakat secara konkrit dan cepat.
 Desain program harus mudah bagi penggunanya, popular, sistematik-holistik, dan dapat menjadi bagian dari gaya hidup.
 Bertujuan untuk mengatur kehidupan sosial (moralitas publik) dan bukan mengatur moralitas privat.
 Dampaknya dapat diukur, tidak hanya dirasakan.

Tujuan Revolusi Mental

Revolusi mental bertujuan agar setiap individu dalam suatu negara dapat diterima satu sama lain. Maksudnya adalah, revolusi mental dapat membuat individu lebih mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap berbagai kondisi.

Dengan demikian, ketika individu tersebut bisa memahami keadaan serta perbedaan, ia pastinya juga bisa menggunakan cara pandang yang lebih luas untuk melihat situasi yang ada disekitarnya dimanapun ia berada.

Selain itu, revolusi mental juga bertujuan untuk menerapkan nilai-nilai esensial, seperti etos kemajuan, etika kerja, motivasi berprestasi, kedisiplinan, taat hukum dan aturan, optimis, produktif-inovatif, gotong royong, dan berorientasi pada kepentingan bersama.

Contoh Revolusi Mental
Contoh-contoh dari revolusi mental tercantum dalam lima aksi nyata gerakan revolusi mental dalam program-program, seperti:

  1. Indonesia Melayani
    Peningkatan pelayanan dengan 3S serta layanan publik yang dilaksanakan secara cepat, tepat, dan murah.
    Keterbukaan informasi pada publik terkait pelayanan umum yang jelas, seperti dalam pengurusan masalah administrasi (KTP, SIM, akte, IMB, dan lain-lain).
  2. Indonesia Bersih
    Menerapkan perilaku-perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan rasa kepedulian terhadap diri sendiri dan lingkungan.
    Bijak dalam menggunakan sumber daya air, listrik, bahan bakar, dan energi lainnya.
  3. Indonesia Tertib
    Mewujudkan kesadaran untuk tertib berlalu lintas dengan mematuhi aturan yang berlaku, seperti menggunakan helm jika mengendarai motor, memakai sabuk pengaman jika menggunakan mobil, atau mengikuti aturan kecepatan.
    Bijak dalam menggunakan media sosial, seperti tidak menyebarkan kebencian atau hal-hal yang hoaks.
  4. Indonesia Mandiri
    Meningkatkan budaya penggunaan produk dalam negeri.
    Melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
  5. Indonesia Bersatu
    Menumbuhkan sikap toleransi dan kerukunan di dalam maupun antar umat beragama.
    Meningkatkan rasa kepedulian, budaya gotong royong, kerja sama, serta kerukunan satu sama lain.

Demikian pengertian, sejarah, karakteristik, tujuan, serta contoh dari revolusi mental. Kesimpulannya revolusi mental merupakan perubahan yang mendorong masyarakat untuk lebih bekerja keras dan bekerja sama agar secara bersama dapat menjadi negara yang lebih modern dan sejahtera.

Gerakan revolusi mental menuju Indonesia Melayani, Bersih, Tertib, Mandiri, Dan Bersatu Melalui Nilai-Nilai Gotong Royong, Etos Kerja Dan Integritas itu demi menghadapi tantangan saat ini mulai dari pemberantasan korupsi, krisis integritas, membangun iklim demokrasi yang baik, mewujudkan pemerintahan bersih hingga menekan angka kemiskinan.

Karenanya, mahasiswa sebagai agent of change mahasiswa (Agen Perubahan), sebagai kaum intelektual, dipandang punya peran besar dalam mengubah tatanan sosial. Sehingga diharapkan kedepan bersedia membuat perubahan dan lompatan besar untuk membangun negeri ini.

Mahasiswa merupakan kaum muda yang memiliki peran signifikan dalam membangun peradaban bangsa. Mahasiswa pun merupakan seorang pelajar yang dilatih dan terlatih untuk selalu kritis dalam menghadapi setiap persoalan yang ada.

Sebagai titik tertinggi, mahasiswa harus memiliki pemikiran kritis dan peka terhadap masalah apa yang dihadapi dan sedang terjadi di masyarakat, kemudian menyampaikan pendapatnya dan turut berpartisipasi atau terjun langsung dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga dengan melakukan hal tersebut sebagai mahasiswa juga turut berperan dalam perkembangan peradaban di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu, mahasiswa sangat berperan penting di era milenial saat ini. Mahasiswa sebagai pilar dari kaum muda sekaligus generasi pencetus harus menaruh perhatian lebih terhadap kondisi yang terjadi saat ini sebagai agen perubahan/Agent of Change, penjaga nilai/Guardian of Value, kontrol social/Social Control, kekuatan moral/Moral Force dan penerus bangsa/Iron Stock.

*Penulis: Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi Gerindra