Solar Cell, Langkah Terobosan BBSPJIBBT atau disebut juga Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Dalam Mendukung Program Prioritas Nasional Go-Green
BANDUNG, LINTAS JABAR – Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Bahan dan Barang Teknik (BBSPJIBBT) atau disebut juga Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kementerian Perindustrian RI selaku Badan Layanan Umum (BLU) pada rumpun penyedia Barang dan Jasa Lainnya kembali berhasil menorehkan prestasi yang cukup gemilang.
Hal tersebut setelah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Bandung I memberikan penghargaan kepada BBSPJIBBT atau B4T sebagai Peringkat Ketiga untuk Satuan Kerja (Satker) Terbaik Atas Kinerja Pelaksanaan Anggaran Semester II Tahun 2023, Kategori Satker BLU Pagu DIPA s/d 100 Miliar untuk lingkup Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Bandung I, di aula KPPN Bandung pada 28 Februari 2024 lalu.
KPPN Bandung I memberikan penghargaan kepada Satker yang berprestasi dalam pengelolaan APBN. Kegiatan Anugerah Bandung I Award sendiri merupakan bentuk apresiasi KPPN Bandung I kepada satker mitra kerja yang sejalan dengan upaya meningkatkan sinergi dan penyebarluasan nilai-nilai integritas dan pelayanan yang menjadi wujud utama reformasi birokrasi.
BBSPJIBBT atau B4T merupakan unit kerja pemerintah yang telah memperoleh WBK dan tengah menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pada KPPN Bandung I Award menjadi contoh bagi BBSPJIBBT atau B4T dalam menciptakan integritas dan menjadi pelopor penciptaan pelayanan yang maksimal kepada para pemangku kepentingan pada instansi pemerintah.
Seperti dilansir dari laman KPPN Bandung I disebutkan, dalam rangka peningkatan implementasi akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit di lingkungan pemerintahan sekaligus mengupayakan adanya sinkronisasi antara aspek perencanaan, penganggaran, dan akuntabilitas, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Upaya mengaitkan aspek penganggaran dan aspek akuntabilitas ini dimaksudkan untuk menerapkan konsep anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) secara utuh sebagai salah satu pendekatan dalam sistem penganggaran sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Menanggapi raihan penghargaan yang diraih instansinya tersebut, Kepala BBSPJIBBT atau B4T, Junadi Marki mengatakan tersebut tidak terlepas dari status BBSPJIBBT selaku Badan Layanan Umum (BLU) yaitu merupakan agen pemerintah yang diberikan fleksibilitas agar lebih luwes dan lincah dalam semangat enterprising the government.
“Tentu saja kami merasa bersyukur atas raihan penghargaan ini. Dan tentunya dengan terus melakukan inovasi dan pengembangan demi mendukung pelayanan prima kepada pelanggan juga melalui sinergi dan kolaborasi dengan stakeholder. Utamanya, penghargaan ini menjadi apresiasi pengelolaan layanan BBSPJIBBT (B4T) yang profesional, efisien, serta optimal,” jelas Junadi Marki dalam press release yang diterima redaksi, Rabu 15 Mei 2024.
Disamping penghargaan dari KPPN Bandung I, sambung Junadi Marki, BBSPJIBBT juga mendapatkan nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) tahun 2023 tertinggi dengan nilai 88,10 atau kategori A (Memuaskan) di lingkup instansi kerja di bawah BSKJI Kementerian Perindustrian, selaku eselon 1.
“Evaluasi serta penilaian tersebut didasarkan pada empat komponen besar manajemen kinerja, yaitu Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Perolehan Kinerja, serta Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal. Perolehan ini berjalan lurus dengan upaya BBSPJIBBT dalam penerapan metode kerja yang akuntabel serta beriorientasi pelayanan prima,” ujarnya.
Panel Surya, Terobosan BBSPJIBBT Dukung Go-Green
Saat ini, pemerintah tengah melaksanakan berbagai program akselerasi agar porsi EBT mencapai target 23% pada bauran energi nasional tahun 2025 dan terpenuhinya target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Karenanya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2021 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang Terhubung Pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum (IUPTLU).
Peraturan Menteri ini merupakan penyempurnaan dari peraturan sebelumnya sebagai upaya memperbaiki tata kelola dan keekonomian PLTS Atap. Peraturan ini juga sebagai langkah untuk merespon dinamika yang ada dan memfasilitasi keinginan masyarakat untuk mendapatkan listrik dari sumber energi terbarukan, serta berkeinginan berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca.
PLTS Atap menjadi salah satu program pemanfaatan energi surya, yang merupakan salah satu sumber energi terbarukan, dengan potensi yang sangat melimpah di Indonesia. Potensi energi surya mencapai 3.295 GW dengan potensi yang dimanfaatkan untuk PLTS masih sangat kecil yaitu 260 MW.
Hal itu pula yang terus memicu dan menjadi komitmen Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Bahan dan Barang Teknik (BBSPJIBBT) atau disebut juga Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kementerian Perindustrian RI melakukan terobosan dengan menggunakan sekaligus memproduksi PLTS disebut juga Panel Surya atau Solar Cell.
Langkah tersebut adalah sebagai bagian turut serta BBSPJIBBT (B4T) dalam mengimplementasikan program prioritas nasional go-green berupa peralihan penggunaan bahan bakar alam kendaraan mobil atau motor listrik.
Dijelaskan Perekayasa Ahli Madya BBSPJIBBT, Tatto Bustomi, bahwa awal dibangun PLTS di BBSPJIBBT sejak tahun 2015 untuk pertama kalinya dengan kapasitas panel surya saat itu mencapai 90 ribu Watt. Namun demikian, lanjutnya, saat itu tidak semua efisiensinya terserap secara keseluruhan, dikarenakan daya alat konverter hanya berkapasitas 60 ribu Watt. Dengan 4 komponen yang dimiliki diantaranya Panel Surya, DC combiner, Inverter DC to AC dan monitoring pada system.
Diakui Tatto, seiring berjalannya waktu hingga 2024 sekarang ini, komponen-komponen alat elektronik pada PLTS tersebut mengalami kerusakan akibat faktor umur barang atau masa lama pakai. Sehingga, lanjutnya, menyebabkan terputus penggunaannya.
“Karena kondisinya dipandang tidak efisien lagi, akhirnya kita (BBSPJIBBT) melakukan terobosan baru dengan mengupgrade komponen yang selama ini rusak. Jika dulu ukuran lemarinya cukup besar, kini justru lebih minimalis dengan kecanggihan termasuk semua komponen yang dibutuhkan ada didalamnya. Baik DC Combiner, Inverter DC to AC maupun monitoringnya. Bahkan bisa terkoneksi dengan handphone atau internet. Dengan kecanggihan ini dari harga pun relatif lebih murah,” ujar Tatto Bustomi saat disambangi di ruang monitor PLTS di Gedung 4 B4T.
Menurut Tatto, jumlah eksisting Panel Surya yang terpasang di B4T selama ini diantaranya berada di Gedung 5 B4T, ada terpasang array sebanyak 252 pcs solar panel juga di Gedung 4, ada terpasang array sebanyak 52 pcs solar panel dengan jumlah total Solar Panel terpasang sebanyak 304 pcs.
“Dari 304 pcs tersebut, hanya sekitar 22 seri x 10 string yakni 220 pcs yang saat ini bisa dimanfaatkan. Selebihnya ada 84 pcs yang mengalami penurunan performanya baik karena kerusakan dan tidak terpakai karena umur barang atau masa lama pakai,” jelasnya.
Sementara penggunaan Surya Panel khusus untuk Gedung 4, dikatakan Tatto memiliki daya atau tegangan 66.000 Watt yang terhubung pada gardu listrik PLN yang memiliki kapasitas daya 200.000 Watt.
Tatto menilai, penggunaan Panel Surya atau Solar Cell dapat mengurangi beban biaya penggunaan listrik. Lebih dari itu, ditambahkannya dapat pula menghasilkan profit dan tentunya mendorong pada ramah lingkungan.
“Dengan PLTS, saya kira dapat menghemat kurang lebih 1/3 dari penggunaan listrik. Seperti halnya di Gedung 4 ini, Solar Cell yang digunakan adalah hybrid (on grid) dan tidak menggunakan baterai. Sehingga efektifitas Solar Cell hanya berlangsung pada siang hari, karena malam hari tidak terjadi suplay tenaga surya. Konsumsi daya listrik di Gedung 4 ini cukup besar yang disebabkan oleh keberadaan mesin-mesin uji di Laboratorium Otomotif, misalnya alat ui drum test untuk menguji performance ban atau pelek mobil yang bisa berputar dengan kecepatan linier hingga 250 km/jam, dimana membutuhkan daya listrik hingga sekitar 20 ribu Watt, Disamping itu juga keberadaan peralatan uji pengkondisi ruangan (Air Conditioner), misalnya chamber dan alat-alat pemanas yang tentunya menggunakan daya listrik yang cukup tinggi,” bebernya.
Ditambahkan Tatto, penggunaan Solar Cell di B4T menggunakan teknologi hybrid (on grid) dan tidak menggunakan baterai. Sebab ia memandang, efektifitas dan produktifitas kerja di B4T lebih didominasi pada siang hari, sementara pada malam hari penggunaan listrik hanya diperlukan untuk penerangan kantor saja. Dengan kondisi seperti itu, Tatto menilai, B4T dapat menekan cost atau beban biaya penggunaan daya listrik yang cukup signifikan.
“Sangat efisien dan menghemat karena adanya pengurangan daya listrik saat jam kerja. Walaupun pada malam hari kita menggunakan suplay listrik itu pun hanya untuk penerangan kantor dengan tingkat daya watt-nya lebih sedikit,” ujarnya.
Penggunaan Panel Surya atau Solar Cell bukan hanya menghemat penggunaan daya listrik semata, tetapi dapat juga mereduksi karbon dioksida atau zat asam arang disebut CO2 serta diklaim dapat membuat kebersihan udara atau diasumsikan seolah sama dengan telah menanam pohon.
Seperti terpantau di layar monitor, sejak penggunaan Panel Surya atau Solar Cell di Gedung B4T pada pukul 06.15 WIB hingga pada pukul 10.00 WIB, selama kurang lebih sekitar 4 jam, Panel Surya telah berhasil menghasilkna energi yang memiliki dampak seolah-olah dapat mereduksi CO2 sebesar 1,6 ton, membakar batu bara sebanyak 665,9 kg serta berhasil menanam pohon sebanyak 89 pohon.
Saat waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, dalam layar monitor Panel Surya didapati sudah mencapai Daya Real lebih dari 17.000 Watt. Sedang diakui Tatto, daya maksimum panel surya pada siang hari (pukul 13.00-14.00 WIB) bisa mencapai 24.000 hingga 30.000 Watt, tergantung kondisi cuaca apakah berawan ataukan sangat cerah.
“Daya maksimum di siang hari hari (pukul 13.00-14.00 WIB) bisa mencapai 24.000-30.000 Watt yang seharusnya dapat dimaksimalkan hingga 66.000 Watt. Namun kembali pada faktor performa panel surya atau system kerjanya yang sudah berkurang karena mengalami degradasi akibat bertambah usia panel surya,” urainya.
Penggunaan PLTS atau Panel Surya di B4T selain digunakan di Gedung 4 dan 5 juga akan dikembangkan ke gedung B4T lainnya seperti di Gedung 2 dan Halaman Parkir B4T.
Bahkan untuk di halaman parkir B4T berencana akan dipasang charging station (SPKLU) yang bersumber dari Solar Cell atau Panel Surya yang terpasang dan rencananya akan digunakan untuk internal B4T juga untuk kepentingan umum.
Jumlah Panel Surya B4T yang Terpasang :
Di Gedung 5 ada array 14 x 18 = 252 pcs solar panel
Di Gedung 4, ada array 4 x 13 = 52 pcs solar panel
TOTAL Solar Panel : 252 pcs + 52 pcs = 304 pcs
Total Daya = 10 string X 6.600 Wp = 66000 WP = 66 kWp
Yang Terpakai :22 seri x 10 string Total = 220 pcs
Sisa Panel Surya yang tidak terpakai (rusak) 304 pcs – 220 pcsTotal = 84 pcs
Spesifikasi Solar Panel
Panel Surya 300 WP
Kategori: Mono, Panel SuryaTypical Electrical Characteristics
Max. Power (Pmax) 300Wp
Optimum Operating Voltage (Vm) 32.7V
Optimum Operating Current (Im) 9.17A
Open-circuit Voltage (Voc) 39.3V
short-circuit Current (Isc) 9.72A
Module efficiency 18.44%
Karakteristik Tegangan
Tegangan input rata-rata dari panel surya : 22 pcs x 39,2 VDC = 864,6 VDC
Tegangan output rata-rata dari inverter : 3 Phase = @ 380 VAC
Karakteristik Arus
Pada kapasitas puncak (P = 66.000 Wp) : Arus DC dari panel surya : P = V.I I = (P / 10 string) / V = (66.000 Wp / 10 string) / 864,6 VDC = 7,64 AArus AC dari inverter: P = V . I .Cos . 3I = P / V .Cos . 3 = 66000 Wp / 380 VAC x 0,75 x 1,73 = 133,7 A
Karakteristik Daya
Pada kapasitas puncak (P = 66.000 Wp) : Arus DC dari panel surya: P = V.I P = V . I x 10 string = 864,6 VDC x 7,64 ADC x 10 string = 66.000 Wp
Arus AC dari inverter: P = V . I .Cos . 3P = V . I .Cos . 3 = 380 VAC x 133,7 AAC 0,75 x 1,73 = 66.000 Wp. (Ihsan)