KAB. BANDUNG, LINTAS JABAR – Belakangan ini, isu lingkungan ataupun permasalahan sampah menjadi momok bagi kawasan Bandung Raya menyusul kondisi kritis di tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti sudah cukup overload dalam menampung buangan sampah.
Berbicara kawasan Bandung Raya atau Cekungan Bandung untuk tempat pembuangan sampahnya dipastikan melibatkan beberapa kota kabupaten. Disamping Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, ada pula Kabupaten Sumedang yang membuang sampah ke TPA Sari Mukti.
Meski demikian, tidak sedikit suara yang mendorong agar Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus menyiapkan lahan alternatif pembuangan sampah selain ke TPA Sarimukti.
Terkait permasalahan sampah yang kian menjadi kekhawatiran, justru berbeda dengan yang dilakukan di Desa Cangkuang Wetan Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Tanginas Bedas atau Mesin Olah Runtah (Motah) yang berada di wilayah tersebut menjadi solusi dalam penanganan permasalahan sampah.
Diungkapkan Kepala Desa Cangkuang Wetan Asep Kusmiadi S.Pd.I.,M.Pd. dengan terbentuknya tempat TPS 3R Tanginas Bedas melalui proses pembakaran sampah mesin yang ramah lingkungan Motah (Mesin Olah Runtah) diharapkan menjadi solusi pengelolaan sampah di wilayahnya.
“TPS3R Tanginas Bedas di wilayah kami (Desa Cangkuang Wetan) nantinya dapat menjadi sebuah bentuk solusi terhadap pengelolaan sampah. Bukan hanya itu, terwujudnya TPS3R di wilayah Cangkuang Wetan bertujuan untuk mengurangi kuantitas atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah lebih lanjut oleh mesin Motah atau (Mesin Olah Runtah),” ujarnya kepada lintasjabar.com, melalui sambungan selulernya, Kamis (7/11/2024).
TPS3R sendiri, lanjutnya, diinisiasi Satgas Citarum Harum Sektor 7 berkolaborasi dengan PT Separta Guna Sentosa yang telah diresmikan pada tahun lalu tepatnya Selasa 23 Mei 2023.
“Dengan TPS3R ini bagaimana cara pengelolaan sampah di wilayah Cangkuang Wetan supaya dapat tertib, rapih dan bersih. Meski banyak tangtangan yang menjadi permasalahan terkadang sampah menumpuk di satu titik menjadi lebih bertambah hingga pindah ke titik yang lain sehingga menimbulkan penumpukan sampah liar yang nantinya akan menjadi dampak terhadap pencemaran lingkungan, merusak pemandangan, mendatangkan aroma bau yang tidak sedap, mendatangkan banjir level rendah sampai yang tinggi, dan mendatangkan berbagai penyakit,” bebernya.
Dengan hadirnya TPS 3R sampah dapat tertangani dengan baik. Bahkan bukan cuma itu, sambungnya, masyarakat pun dapat termotivasi untuk membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Asep Kusmiadi menyebutkan mesin olah runtah yang ada di TPS3R itu, bisa dengan kapasitas pengelolaan sampah hingga beberapa ton per hari.
“Dengan adanya TPS3R ini, sampah yang dihasilkan di Desa Cangkuang Wetan tuntas dan beres. Mesin olah runtah ini bisa mengelola 400-500 kg per jam, bahkan bisa mencapai 1 ton,” tuturnya.
TPS3R merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala komunal atau kawasan, dengan melibatkan peran aktif pemerintah dan masyarakat, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Pengelolaan sampah adalah dengan melakukan pengurangan sampah dari sumbernya.
Melalui prinsip TPS3R sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, dilakukan pemilahan ditiap Rumah tangga antara sampah organik dan anorganik yang ditempatkan dengan wadah yang berbeda.
Selanjutnya sampah-sampah tersebut diambil oleh petugas TPS3R sesuai dengan jadwal layanan. Sesampainya di TPS3R, sampah-sampah tersebut akan dilakukan pengelolaan sesuai jenisnya.
Untuk sampah organik secara umum diolah menjadi pupuk kompos dan ada yang memanfaatkan untuk budidaya maggot. Sedangkan sampah anorganik akan dipilah lagi sesuai jenis sampah aonorganik yang selanjutnya akan diambil oleh pengepul / industri daur ulang sampah. (NM)