
Oleh: Urwatul Wutsqo*
SECARA umum, psikologi dapat dimaknai salah satunya ialah sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa. Tidak jauh berbeda dengan definisi psikologi menurut Islam. Namun, Islam memandang aspek terpenting dalam kajian kejiawaan ialah seseorang mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Dalam kehidupan, Islam tidak akan pernah luput untuk selalu melibatkan Allah SWT dalam segala aspek, termasuk pada urusan kesehatan jiwa seseorang.
Dalam psikologi Islam, jiwa itu sendiri disebut sebagai nafs. Jiwa yang Allah SWT ciptakan pada diri manusia ada dalam 3 tahapan yang berbeda, yaitu:
• An-nafs al-ammarah bissu`
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفۡسِىۡ ۚ اِنَّ النَّفۡسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوۡٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىۡ ؕ اِنَّ رَبِّىۡ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ.
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf 12:53).
• An-nafs al-lawwamah
وَلَاۤ اُقۡسِمُ بِالنَّفۡسِ اللَّوَّامَةِؕ.
“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyamah 75:2).
• An-nafs al-muthmainnah
يٰۤاَيَّتُهَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَٮِٕنَّةُ.
“Wahai jiwa yang tenang!” (QS. Al-Fajr 89:27).
Pada capaian di tahapan terakhir inilah merupakan tujuan akhir manusia untuk mendapatkan kebahagian baik dunia maupun akhirat. Dalam ayat tersebut Allah SWT memanggil lembut hamba-hamba-Nya yang memiliki jiwa yang tenang untuk masuk ke dalam surga-Nya.
Terdapat pada ayat terakhir,
وَادۡخُلِىۡ جَنَّتِى.
“Dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr 89:30).
Maka di dalam tulisan ini akan dirangkum, 5 langkah meraih jiwa yang tenang dalam Al-qur’an.
1). Beriman kepada Allah SWT
هُوَ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلَ السَّكِيۡنَةَ فِىۡ قُلُوۡبِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ لِيَزۡدَادُوۡۤا اِيۡمَانًا مَّعَ اِيۡمَانِهِمۡ ؕ وَلِلّٰهِ جُنُوۡدُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيۡمًا حَكِيۡمًا ۙ.
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana,” (QS. Al-Fath 48:4).
Dalam ayat ini Allah SWT menjanjikan ketenangan yang akan datang pada setiap hati orang-orang yang beriman kepada-Nya. Tentu saja dalam Islam, iman kepada Allah SWT merupakan hal yang paling utama. Karena pada hati orang-orang yang beriman akan selalu terasa aman karena meyakini Allah lah yang menjaga dan memeliharanya. Maka tumbuhlah rasa tenang itu atas ridho-Nya.
2). Berdzikir dan selalu mengingat-Nyaيٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اذۡكُرُوۡا اللّٰهَ ذِكۡرًا كَثِيۡرًا ۙ.“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,” (QS. Al-Ahzab 33:41).
Hamba yang beriman, selayaknyalah untuk selalu mengingat Allah dan berdzikir kepada-Nya. Rasulullah SAW juga bersabda tentang bagaimana keutamaan berdzikir:
“Maukah kamu aku tunjukkan amalan yang terbaik dan paling suci di sisi Rabbmu, dan paling mengangkat derajatmu, lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata, “Mau wahai Rasulullah!” beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi.” (HR. at-Tirmidzi).
Dengan keutamaan-keutamaan dzikir yang unggul, pastilah seseorang merasa ada ketentraman dalam hatinya, sebagaimana Firman Allah SWT:“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d 13:28).
3). Beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan beramal sholehTonggak ibadah yang paling utama dalam Islam ialah sholat. Sholat merupakan media komunikasi antara hamba dan Rabbnya. Pendekatan yang setidaknya lima kali dalam satu hari tersebut ialah tak lain untuk mendekatkan diri pada-Nya. Sholat juga sebagai pembersihan hati dari rasa-rasa gelisah dan khawatir dalam hidup, mendirikan sholat dengan khusyu` dapat mendatangkan ketenangan pada jiwa seseorang.
Tak hanya itu, banyak sekali ibadah yang bisa kita lakukan yang dapat mendekatkan diri pada-Nya, seperti halnya juga membaca Al-qur`an. Sebagaimana Firman Allah SWT:
اُتۡلُ مَاۤ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ مِنَ الۡكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ ؕ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنۡهٰى عَنِ الۡفَحۡشَآءِ وَالۡمُنۡكَرِ ؕ وَلَذِكۡرُ اللّٰهِ اَكۡبَرُ ؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُوۡنَ.
“Bacalah Kitab (Al-qur`an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut 29:45).
Rasulullah SAW sendiri bersabda,
… وَجُعِلَتْ قُـرَّةُ عَـيْـنِيْ فِي الصَّـلاَةِ“…
dan telah dijadikan penghibur (penghias) hatiku (kebahagiaanku) pada sholat.
”Begitulah esensi dari ibadah itu sendiri, Allah SWT memerintahkan manusia untuk beribadah ialah untuk diri kita sendiri.
4). Bersabar dan berserah diri kepada Allah SWT
فَبِمَا رَحۡمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنۡتَ لَهُمۡ ۚ وَلَوۡ كُنۡتَ فَظًّا غَلِيۡظَ الۡقَلۡبِ لَانْفَضُّوۡا مِنۡ حَوۡلِكَ فَاعۡفُ عَنۡهُمۡ وَاسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِى الۡاَمۡرِ ۚ فَاِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُتَوَكِّلِيۡنَ.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS. Ali ‘Imran 3:159).
Ketenangan jiwa juga harus diperoleh dengan perasaan yang memaafkan. Hubungan antar sesama tidaklah luput dari rasa gelisah sebab kesalahan-kesalahan kecil bahkan besar, maka Islam menjernihkan dengan saling memaafkan. Lalu, jangan berhenti untuk bersabar yang tak terbatas. Serahkan semua urusan dan bertawakkallah pada-Nya.
5). Menjauhi perbuatan maksiat dan segala larangan-Nya Akan selalu merasa gelisah jika maksiat masih terus-menurus dilakukan. Cobalah untuk fokus pada ibadah dan hal yang bermanfaat untuk ketenangan jiwa yang terasa lebih panjang, alih-alih yang sementara. Jauhilah perbuatan yang sia-sia dan yang jelas dilarang oleh agama. Allah SWT Berfirman:
وَمَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِكۡرِىۡ فَاِنَّ لَـهٗ مَعِيۡشَةً ضَنۡكًا وَّنَحۡشُرُهٗ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ اَعۡمٰى.
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha 20:124).
Demikian penjelasan salah satu aspek psikologi yang ada pada Al-qur`an, setidaknya terdapat 5 langkah untuk meraih jiwa yang tenang. Sebagai seorang muslim, hendaklah kita bersama-sama meraih ketenangan jiwa dengan mempelajari Islam sacara kaffah (sempurna). Dengan begitu ketenangan ini terasa sempurna karena tujuannya tidak hanya untuk dunia tetapi juga untuk akhirat kelak.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat, untuk kurangnya dapat dimaafkan. Wallahu a’lam bish shawab.
*Penulis: Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka