Antara Shalat dan Silat Bagi Legislator Gerindra H. Arif Hamid Rahman, SH

[lintasjabar tkp] Bagi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Arif Hamid Rahman, SH antara sholat dan silat merupakan dua hal yang berbeda tetapi dalam kehidupan kesehariannya merupakan dua hal yang tidak lepas dari kebutuhan jiwa dan raganya.

Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Arif Hamid Rahman, SH

Baginya, shalat merupakan sebuah kebutuhan jiwa atas dasar perintah Sang Maha Kuasa. Dalam agama Islam, jika manusia sesungguhnya diciptakan di dunia agar terus beribadah kepada Allah. Maka dari itu, sebaiknya sebagai umat manusia berlomba-lomba dalam beribadah dan berbuat amal baik bagi sesama makhluk ciptaan-Nya.

“Allah pun menjanjikan tempat yang terbaik di sisi-Nya saat hari akhir nanti bagi hamba-Nya yang senantiasa berbuat baik bagi sesama dan rajin beribadah setiap hari. Namun, dalam memenuhi kewajiban beribadah seperti sholat wajib sehari-hari haruslah dilakukan dengan ikhlas dan sesegera mungkin agar mendapatkan keutamaan,” tutur wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) 1 meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi kepada lintasjabar.com, Sabtu (18/7/2020).


Menurutnya melaksanakan sholat tepat waktu memiliki banyak keutamaan yang jarang diketahui oleh manusia. Padahal keutamaan yang diberikan oleh Allah bagi hamba-Nya yang bersegera melaksanakan sholat saat adzan dikumandangkan bukanlah hal yang main-main.

“Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan salat karena menurut Surah Al-‘Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Dalam firman Allah SWT …dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain),” jelas pria yang sempat “nyantri” di Pondok Pesantren Persatuan Islam Bandung.kelahiran 16 Juni 1975.

Oded M. Danial didampingi Arif Hamid Rahman saat berkunjung ke Paguron Pencak Silat Panglipur Puseur Bumi

Namun demikian, ada kebutuhan raga yang selama ini acapkali dilakukan mantan Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kota Bandung ini, yakni olahraga pencak silat. Kebutuhan keseimbangan antara jiwa dan raga merupakan dua hal yang dibutuhkan guna membangun dan mewujudkan sehat lahir bathin.

Bagi pria kelahiran Bandung, 16 Juni 1975 ini mengakui bahwa dirinya sendiri berasal dari lingkungan pencak silat, bahkan hingga kini dirinya sebagai Pembina Paguron Pencak Silat Panglipur Puseur Bumi. Maka dari itu, sambungnya, jiwa serta pengabdiannya tidak bisa lepas dari seni bela diri tatar sunda ini.

[xyz-ips snippet=”bacajuga”]

“Pencak silat dibuat untuk menghadapi situasi genting. Gerakan-gerakan yang ada (Silat) harus bisa dilakukan kapan saja dan bisa dengan segera diberhentikan. Latihan-latihan yang bersifat penyempurnaan atau agilitas yang luar biasa dianggap tidak terlalu penting. Bukan hanya itu, seorang pesilat harus mampu siap dalam kondisi menghadapi berbagai serangan kapan saja. Tubuh harus luwes dan lentur untuk menyikapinya. Kuda-kuda dan gerakan yang halus dalam sikap tubuh yang rendah menyiratkan kelenturan dan kekuatan sepadan yang mengalir dari kaki dan pinggang,” bebernya.

Ditambahkan, gerakan-gerakan seperti bersila yang sehari-hari dilakukan orang Indonesia adalah gerakan-gerakan natural yang memerlukan kelenturan yang lebih dibandingkan suku bangsa lain di dunia. Gerakan-gerakan silat dalam banyak hal adalah salah satu budaya kelenturan tubuh yang merupakan keseharian bahkan kewajaran orang Nusantara. (San)

Tinggalkan Balasan