[lintasjabar tkp] Persoalan warga Kota Bandung adalah ketersediaan air bersih. Tidak sedikit warga mengeluhkan akibat sejauh ini kerap terjadi penggiliran air karena kondisi PDAM Tirtawening Kota Bandung sendiri hanya bisa memasok air bersih sekitar 2500 liter/detik.
Hal itu dipandang masih defisit, sebab idealnya PDAM Tirtawening harus bisa menyediakan total kapasitas air sebesar 6000 liter/detik guna melayani seluruh masyarakat pelanggan Kota Bandung yang bukan hanya domestik atau rumah tangga saja melainkan juga industri pariwisata atau industri-industri lainnya.
Oleh karenanya, bersama Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II atau PJT2, PDAM Tirtawening Kota Bandung melakukan penandatangan MoU (kesepahaman) penyediaan air curah guna memenuhi kebutuhan air bersih yang ditandatangani Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirtawening, Sonny Salimi dengan Dirut Perum Jasa Tirta II, Imam Santoso di Kantor PDAM Tirtawening Kota Bandung Jln. Badaksinga, Selasa (1/12/2020).
Penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan langsung Walikota Bandung, Oded M. Danial beserta Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana ini selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh konsorsium antara anak perusahaan PJT2 yaitu PJT Luhur dan Ranhill Bumi Persada beserta partner lainnya.
Kerja sama ini bertujuan untuk mengantisipasi ketersediaan air di masa yang akan datang sebab proyeksi kebutuhan air untuk melayani masyarakat Kota Bandung pada 2021 yaitu kapasitas air sebanyak 3500 liter perdetik.
Dengan MoU tersebut, PDAM Tirtawening akan mendistribusikan air yang bersumber dari Curug Jompong Margaasih Kabupaten Bandung. Sedangkan kapasitas air yang diambil dari Curug ini sebesar 3500 liter/detik, sehingga dengan demikian diharapkan bisa memenuhi 100 persen kebutuhan PDAM Tirtawening memberikan pelayanan ketersediaan air bersih.
Kerja sama saat ini adalah untuk feasibility studi atau studi pra kelayakan, dan hal itu dilaksanakan selama 6 bulan ke depan. Jika dinilai layak, maka pada akhir tahun 2021 akan langsung dilaksanakan lelang konstruksi. Sehingga proyek pembangunan infrastrukturnya akan dimulai pada tahun 2022 dengan masa 1 tahun pembangunan. Rencananya, pembangunan diprediksi akan tuntas pada tahun 2023 dengan jarak sekitar 15-16 KM. Hingga air yang bersumber dari Curug Jompong ini bisa langsung didistribusikan PDAM Kota Bandung kepada masyarakat.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa Kota Bandung dalam urusan air dari dulu punya persoalan. Dan persoalan krusial adalah ketersediaan air baku. Untuk itu diharapkan, kerja sama ini berhasil sehingga persoalan air PDAM bisa teratasi. Karena bukan apa-apa saya sering mendapatkan banyak keluhan melalui SMS atau WA dari masyarakat terkait pelayanan air PDAM. Walau pun jaringan PDAM sampai ke rumah, tapi di Kota Bandung ini masih jam-jaman. Kenapa? Karena hanya beberapa jam dapat giliran air,” ujar Wali Kota Bandung Oded M. Danial dalam sambutannya usai penandatanganan MoU.
Mang Oded sapaan akrab walikota pun berharap, kerja sama ini dapat terwujud. Kendati diakuinya, setiap kerjasama pasti mengandung dan menimbulkan risiko. Oleh karenanya, lanjut Mang Oded, manajemen risiko harus dikelola bersama sama agar tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap pelaksanaan kerja sama ke depan.
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
“Mang Oded memahami persoalan mendasar terkait kebutuhan warga terhadap air. Maka mudah-mudahan proyek ini bisa terwujud. Kerena sebelumnya Mang Oded juga tidak menyangka bahwa air dari Saguling dapat dialirkan menuju ke Kota Bandung. Dan satu pesan terakhir, dan penting untuk disampaikan bahwa kalau kerjasama ini mau berhasil harus saling dan sama-sama ridho, harus terbangun semangat an-tarodhin atau semangat kerjasama yakni transaksi yang menghasilkan win-win solution. Insya allah jika hal itu dilaksanakan akan berhasil,” jelasnya.
Sementara itu, Dirut PDAM Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi berharap, masyarakat Kota Bandung dapat mengetahui dan mengerti bahwa untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Bandung memerlukan sebuah usaha yang keras. Termasuk, sambungnya, harus membangun infrastruktur untuk menarik air dari Saguling yang letak geografisnya lebih rendah dibandingkan Kota Bandung.
“Proyek ini pasti membutuhkan alat pompa untuk dapat menarik air hingga ke Kota Bandung,” katanya seraya menandaskan saat ini sedang dilakukan studi atau kajian.
“Paling penting, pesan dari kerjasama ini adalah masyarakat Kota Bandung harus paham dan mampu bahwa Kota Bandung cari air sampai ke Saguling. Tentunya Saguling ada di bawah Kota Bandung maka itu diperlukan pompa hingga tarifnya pun harus menyesuaikan,” bebernya.
Sedangkan dikatakan Dirut PJT 2, Imam Santoso pada awal Tahun 2021 akan dilakukan feasibilty studi atau uji kelayakan selama 6 hingga 7 bulan.
“Setelah enam bulan, kita lihat layak atau tidak, semoga saja layak. Setelah dinyatakan layak maka rencananya di akhir tahun 2021 akan dilakukan pelelangan kontruksi. Sedang untuk pembangunan fisik, akan dilaksanakan tahun 2022 selama kurang lebih satu tahun. Kita harapkan pada tahun 2023, temen-temen PDAM bisa mengalirkannya ke masyarakat,” jelasnya.
Selain Ketua Dewan Pengawas PDAM, Asep Saeful Gufron, turut hadir dalam penandatanganan kerja sama ini Kepala Bagian Perekonomian Kota Bandung, juga tampak jajaran direksi PDAM Tirtawening Kota Bandung. (San)