BANDUNG (Lintasjabar.com),- Langkah awal dalam mengemban tugasnya dirinya bersama segenap pengurus lainnya akan melaksanakan tiga agenda besar. Tiga agenda yang dimaksud adalah, menata ulang sarana dan prasarana Unwim hingga bisa melaksanakan penerimaan mahasiswa baru. Menata kembali administrasi dan personalia di lingkungan Unwim serta menyelesaikan permasalahan, terutama pelaksanaan kegiatan perkuliahan mahasiswa.
Demikian diungkapkan Rektor Universitas Winaya Mukti (Unwim) DR. HR. Zulki Zulkifli Noor, ST, SH, MH, MM pada konfrensi pers usai dilantik menjadi Rektor Unwim Periode 2011-2015 oleh Ketua Pengurus Yayasan Winaya Mukti, Drs.H.Soni Djoko Santoso, M. Si di Gedung Pusdai Jabar, Jalan Diponegoro, Bandung, Selasa (22/3).
Pelantikan DR. HR. Zulki Zulkifli Noor, ST, SH, MH, MM, berdasarkan Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Winaya Mukti Nomor 900/02/YWM/Kep/2011 tentang Pengangkatan Rektor Unwim.
Sedang Zulki Zulkifli yang lulusan Unwim 1994 optimis tugas yang diembannya untuk menjadikan Unwim sebagai universitas mandiri dapat tercapai. hal ini mengingat Unwim yang berdiri sejak tahun 1965 telah berpengalaman disamping memiliki potensi seperti jumlah alumni yang mencapai angka ribuan, banyaknya jumlah tenaga guru besar, serta aset gedung di jalan penghulu hasan mustopa, yang akan dijadikan pusat studi universitas ini.
Rangkaian acara pelantikan Rektor Unwim sendiri diwarnai dengan prosesi budaya Sunda. Sambutan Ketua Pengurus Yayasan Unwim, Drs.H. Soni Djoko Santoso, Ketua Pembina Yayasan Unwim Ir.H. Setia Hidayat, salah seorang Pendiri Unwim H. Ateng Syafrudin dan Mantan Rektor Unwim Endang Sufiadi disampaikan dalam bahasa Sunda. Acara dihadiri oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Moeldoko, Kapolda Jabar Irjen Pol. Suparni Parto, para tokoh Jawa Barat antara lain H. Agum Gumelar, H. Ateng Syafrudin dan H. Karna Suwanda, para alumni dan mahasiswa Unwim serta sejumlah undangan.
Menyinggung kondisi yang melilit Unwim sejak pemutusan hubungan hukum antara Pemprov Jabar dengan Unwim di tahun 2008, diterangkannya, menjadikan institusi pendidikan tinggi ini sejak tahun itu tidak lagi mendapat kucuran dana dari Pemprov Jabar.
“Kita (Unwim) pada 2008 sudah terjadi pemutusan hubungan hukum dengan Pemprov. Dan kita saat ini sudah berdiri mandiri. Namun demikian, dengan sarana dan fasilitas yang ada milik Unwim, kita mampu dan kas sejauh ini tidak nol,” ujar Pria kelahiran Bandung, 5 Januari 1969.
Sebagai solusi, Pemprov Jabar menawarkan langkah akuisisi Unwim dengan ITB. Namun demikian, para pendiri Unwim, diantaranya Ateng Syafrudin serta Ketua Pembina Yayasan Unwim, Ir.H. Setia Hidayat lebih memilih untuk menjadikan Unwim sebagai intitusi pendidikan tinggi yang mandiri.(Ihsan)