BANDUNG (Lintasjabar.com),- Guna meningkatkan tarap kehidupan secara ekonomi para pengrajin sepatu, terlebih pemahaman terkait manfaat ditingkatkannya kualitas dan desain produk sepatu sehingga memiliki daya saing dan daya tawar di pasaran terutama menghadapi pasar bebas, Forum Masyarakat Peduli Alas Kaki (FMPAK) Kota Bandung menggelar pelatihan pelatihan bagi para pengrajin sepatu di Pertokoan Suaka kawasan sentra sepatu Cibaduyut, Rabu (12/01).
Kegiatan yang bertemakan “Peningkatan Kualitas Alas Kaki Dalam Menghadapi Pasar Bebas”, dikatakan Ketua FMPAK, Nono Koswara adalah bentuk perhatian pihaknya dalam mengamati perkembagan kekinian terkait semakin tergerusnya produksi sepatu buatan Cibaduyut dengan masuknya produksi sepatu import yang semakin kompetitif.
“Kami berharap usai kegiatan, para pengrajin dapat memahami kondisi serta dapat meningkatkan kualitas, desain juga harga sepatu yang relatif dapat terjangkau. Sebab dengan demikian, produksi sepatu cibaduyut dapat terus eksis dan berkembang sesuai tuntutan kebutuhan,” ujarnya.
Senada dengan yang disampaikan Ketua Dewan Penasehat FMPAK, Ade Surahman, kegiatan tersebut terinspirasi dari pelbagai kondisi yang menerpa para pengrajin sepatu di kawasan Cibaduyut. Dirinya berharap, mudah-muhan kondisi tersebut segera membaik.
Kegiatan yang diikuti puluhan para pengrajin sepatu ini, juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Kota Badung, H. Asep Dedi Ruyadi, SH, M.Si yang juga Ketua Fraksi Golkar, serta Camat Bojongloa Kidul, Andri Darusman. Selain itu, hadir pula sebagai pemateri, dari Bank Jabar Banten Tamansari, juga Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Bandung.
Usai acara, H. Asep Dedi Ruyadi mengatakan tingkat partisifasi masyarakat yang peduli terhadap kondisi perekonomian terutama membangun kawasan industri sepatu Cibaduyut sudah sangat bagus, dirinya juga mengapresiasi langkah FMPAK untuk terus memberikan pendampingan usai kegiatan digelar guna terwujudnya persepsi yang sama dalam peningkatan kualitas dan desain serta harga yang bersaing. Disamping pula membangun jiwa enterpreneurship di kalangan para pengrajin sepatu.
Sementara itu, Camat Bojongloa Kidul, Andri menjelaskan kondisi jumlah pengrajin Cibaduyut semakin berkurang bahkan banyak yang gulung tikar karena ketidakmapuan bersaing dengan masuknya produk luar. Selain pula faktor keterbatasan modal, keterbatasan marketing dan promosi produk juga yang lebih penting belum adanya kebersamaan antar pengrajin sepatu cibaduyut sehingga belum menjadi kekuatan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi.
Kendati demikian, diakui Andri, Sentra Sepatu Cibaduyut telah menjadi “trade mark” yang terkenal sampai luar negeri. Bahkan Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Cibaduyut sebagai sentra kawasan wisata sentra industri dan perdagangan. Dalam konteks pertumbuhan kota, tambahnya, kawasan Cibaduyut termasuk ke dalam segitiga pertumbuhan wilayah kota bersama dengan kawasan pusat kota Tegallega dan Pasar Induk Caringin dengan Terminal Leuwipanjang sebagai titik tumbuh kawasan. (Ihsan)