GARUT (Lintasjabar.com),-,- Sebelumnya, tidak kurang dari 54 mesjid, mushola serta rumah yang kerap digunakan sekolah agama bagi anak-anak tidak mampu telah mendapat bantuan rehab ringan agar kembali dapat digunakan sebagai sarana melaksanakan kewajiban agama. Hal tersebut dilakukan tokoh masyarakat sekaligus sebagai putera daerah, Haerudin Amin, S. Ag., MH atas dorongan kepedulian dan tanggung jawabnya membangun kembali serta mengefektifkan sarana ibadah sebagai tempat menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat dalam bersilaturahmi.
Kepedulian dirinya terdorong karena beberapa wilayah yang menjadi fokusnya merupakan daerah yang terkena musibah banjir bandang dan tanah longsor pada beberapa kecamatan tepatnya di Garut Selatan. Bahkan diberitakan atas musibah yang menimpa tersebut, tidak sedikit korban meninggal dunia serta menelan kerugian akibat memporak-porandakan fasilitas umum seperti mesjid, mushola dan sekolah.
Gerakan Peduli Mesjid dan seni budaya di wilayah Garut Selatan, yang mendapat sumbangsih dana dari Menteri Perekonomian RI, Ir. Hatta Rajasa, sejauh ini telah menyelesaikan dan memberikan bantuan kepada beberapa mesjid di wilayah Kecamatan Pakenjeng, Cikelet, Pemeungpeuk, Cibalong, Cikajang juga di wilayah Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya yang sedikitnya terkena imbas dari musibah tersebut.
Keprihatinan serta kepedulian Mantan Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Islam (GPI) dimulai pada awal Juni, hingga kini, pihaknya tengah melakukan beberapa proses rehab dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang pada beberapa mesjid dan madrasah di wilayah Garut Selatan. Disamping itu juga kini sedang melakukan pendataan pada beberapa mesjid lainnya yang siap diberi bantuan serupa di beberapa kecamatan khususnya di wilayah Garut Selatan.
Dikatakaan Haerudin, selain merehab kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana juga mencoba memakmurkan kembali mesjid dan majelis taklim yang telah hancur diterjang musibah banjir bandang. Langkah tersebut, dinilainya sebagai upaya meringankan beban serta menggiatkan kembali ruh serta nilai-nilai keagamaan di diri para korban bencana.
Garut sendiri terkenal dengan kentalnya hidup beragama, pemahaman agama dalam diri masyarakat Garut yang kentara menyebabkan partisifasi warga pada hidup bersilaturahmi sangat baik. Hal ini terlihat dari banyaknya pondok pesantren, mesjid serta madrasah yang menjamur di daerah Garut Selatan. Bahkan tidak sedikit dari pondok pesantren tersebut melahirkan generasi agamis yang kini sudah melanglang buana hingga mancanegara. Dari Garut pula banyak tokoh-tokoh nasional yang eksistensinya patut diperhitungkan. Hal tersebut, tentuunya tidak terlepas dari perhatian pendidikan yang menyebabkan sebagai salah satu factor pendukungnya.
“Dengan Gerakan Peduli Mesjid yang dilakukan, kami mengharapkan ke depan, selain bias menumbuhkembangkan kembali semangat ruhaniyahnya, semangat tolab (mununtut.red) ilmu juga bias melahirkan generasi mendatang yang agamis dan berwawasan cerdas. Untuk itu, kita tentunya harus berangkat dari membangun serta memakmurkan mesjid dan madrasah sebagai wahana pencarian ilmu dan peningkatan kualitas pemahaman ruhaniyahnya. Bila fasilitasnya baik, maka proses ke arah itu pun Insya Alloh akan baik juga,” terangnya belum lama ini di Kawasan Cikelet Garut Selatan.
Dikatakan Haerudin yang juga alumnus Pondok Pesantren Persatuan Islam Cikajang Garut, merehabilitasi serta memakmurkan kembali mesjid serta majelis taklim yang telah rusak sebagai basis dalam menghidupkan silaturahmi antar sesama muslim korban musibah banjir, juga langkah yang terbaik dalam memasyarakatkan hidup bergotongroyong. Sebab dinilainya, selama proses rehabilitasi mesjid, respons warga untuk berpartisifasi sangat bagus.
“Saya bahkan sangat terharu dengan kemauan seorang ibu yang usianya sudah uzur serta anak-anak untuk ikut bergotong royong sekedar membawakan genteng dari mobil pick up yang berada tempatnya cukup jauh dari lokasi rehab mesjid. Dan itu terjadi di beberapa desa seperti di daerah Mandalakasih, semua warga terlibat bahu membahu ikut berpartisifasi. Bahkan jamuan makan dan makanan ringan pun warga tidak sungkan-sungkan menyiapkannya,” ujarnya.
Adapun bantuan rehab telah dilakukan pada 30 mesjid yang tersebar di berbagai kecamatan di Garut Selatan, antara lain, Mesjid Al Ikhlas tegalsaeutik, Miftahul Huda punaga Jolok, Nurul Hidayah punaga tengah Desa Mandalakasih, At Taufiq, At Taubah, Nurul Hidayah, Al Ikhlas, As Sattariyah, Al Furkon, An Nur, Al Hidayah, An Nur, Darul Falah, Asy Syifa semuanya di wilayah Desa Sirnabakti. Al Hikmah, Al Jamaah, Miftahul Huda, Nurul Falah Al Barokah, Nurul Fatah, Al Ikhlas 1, Al Ikhlas 2, yang berada di Kecamatan Pameungpeuk.
Riyadul Huda, Al Barokah Cijambe Kec. Cikelet, Nurul Iman, Al Ikhlas, Nurul Akbar, Hidayatul Amanah, Al Barokah Mekarmukti Kec. Cibalong. Dan Al Maghfiroh Depok Kecamatan Cisompet.
Keberpihakannya pada situasi dan kondisi masyarakat Garut Selatan khususnya gerakan Peduli Mesjid yang dilakukannya khusus untuk wilayah sebagai korban musibah banjir bandang, yang terjadi beberapa waktu lalu ditengarai karena wilayah tersebut nyaris belum tersentuh program juga bantuan dari pemerintah.
Sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai sosok yang terlahir sebagai putera daerah, Haerudin juga kerap mengisi berbagai pengajian, tabligh akbar dan berbagai siraman rohani lainnya. Disamping juga peduli terhadap pengembangan pelestarian seni budaya yang telah mengakar di masyarakat Garut Selatan. Sejauh ini, diakuinya, sudah beberapa padepokan yang meminta untuk dikembangkan lebih jauh, mengingat banyak anak-anak didik padepokan tersebut yang sudah piawai memeragakan tahapan seni khususnya pencak silat.
Kendati harus mengalami medan serta jarak tempuh ke lokasi yang menjadi tujuan cukup jauh bahkan terjal dengan kecuraman daerah, dirinya menganggap hal tersebut bukan sebagai hambatan. Dikatakannya, ujian itu dipandang sebagai pemicu semangat guna kemashlahatan lebih jauh. Seperti yang dirasakannya bersama tim, perjalanan ke lokasi tujuan, menempuh kurang lebih 10 KM dari pesisir jalan raya, harus dilalui dengan jalan kaki sebab beberapa ruas jalan rusak dan berlubang tanpa proses pengaspalan hingga tidak bisa dilalui dengan kendaraan roda empat. Sebagai alternative, jasa ojeg menjadi salah satu pilihan kendati tidak sedikit tarif yang dibebankan.
Dirinya mewanti-wanti, gerakan yang dilakukannya tersebut, dapat pula menjadi dorongan semangat bagi pihak lain untuk melakukan hal yang sama. Dirinya menilai, dengan terpadunya semua pihak untuk peduli memperhatikan dan mengembangkan Garut Selatan khususnya wilayah pedalaman yang jarang terjamah bantuan akan menjadikan dorongan semangat bagi warga bahkan bisa menjadikan hasil yang maksimal sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang berkualitas secara ruhaniyah. Lain dari itu, perekonomian serta kesejahteraan masyarakat Garut Selatan bisa berkembang secara maksimal dan mandiri, karena Garut Selatan memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan secara serius sebagai salah satu daerah yang strategis.
“Dasarnya saya, terlebih yang terlahir di wilayah Garut selatan meiliki kewajiban untuk menggalang, peduli serta memperhatikan masyarakat Garut Selatan terlebih warga yang bermukim di pinggiran kota sebagai korban agar dapat merasa teringankan bebannya,” ujarnya.
Ditambahkan Haerudin, pihaknya akan senantiasa meneruskan gerakan tersebut, serta menggalang kepedulian dari semua pihak dan kalangan yang memiliki visi yang sama, demi membangun Garut Selatan secara lebih baik. (Ihsan/Adv)