Oleh: WAWAN GUNAWAN (Kang Wagoen)*
Dukung mendukung capres tidak salah. Mengalihkan dukungan dari capres A ke capres B pun bukan dosa.
Tulisan ini akan melihatnya dari sisi lain terutama karena adanya indikasi kuat bertemunya sikap pragmatis dengan prinsip transaksional serta perilaku oportunisme.
Ketiga konsep tersebut tidak salah sebab secara teoritikal memang eksis. Namun ketika ketiganya bertemu dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat dan negara maka muncul proposisi: Dukung mendukung capres bergeser menjadi jual menjual kepentingan rakyat dan negara.
Bagi sebagian orang tentu paham soal perang-tanding kepentingan baik di level pusat maupun daerah, dibungkus dengan istilah apapun, paham bahwa di dunia politik hal itu biasa saja.
Tapi bagi sebagian orang mbok ya gak elok menjual kepentingan diri dan kelompok dengan mengatasnamakan rakyat dan negara.
Hingga di level masyarakat cerdas (critical mass) semua bisa dipahami dan dimaklumi tapi di level bawah (man on the street) bertemunya pragmatisme-oportunisme-transaksional mereka yang dukung mendukung capres akan berimplikasi buruk.
Mengapa? Karena mentalitas kaum man on the street tidak stabil, mudah goyah sehingga gampang terprovokasi. Dampak susulannya cenderung melahirkan destruksi sosial bahkan konfliks masif.
Oleh sebab itu harus ada antisipasi holistik dari stakeholder good governance, baik dari pemerintah, swasta, juga publik yang melek realitas politik.
Tentu saja melalui perannya masing-masing dalam colaborative governance bahwa stsbilitas politik harus dijaga bersamaan dengan keteriban sosial serta keamanan yang kondusif.
*Penulis: Akademisi FISIP Unjani