BANDUNG (LJ) – Ai Siti Rahman balita 4 (empat) tahun yang mengalami kanker di bagian hidungnya diantar kedua orang tuanya Yusuf Sofyan (41) dan Enung (31) mendatangi DPRD Jabar, untuk berkonsultasi dengan Pimpinan Dewan atau Komisi E DPRD Jabar tentang rencana operesi hidung Ai Siti Rahman.
Enung selaku ibu Ai menuturkan, anaknya Ai Siti Rahman mendertita ada kelainan di hidung sejak kecil, namun berhubung terkendala dibiaya pengobatan, akhirnya tiga bulan yang lalu kita bawa ke RS.Hasan Sadikin Bandung, agar dapat dilakukan operesi terhadap penyakit yang dilalami putri ke tiganya ini, ujar Enung saat ditemui di gedung DPRD Jabar, Senin (10/3/2014).
Dikatakan, penyakit yang dialami Ai cukup sering diperiksakan dan diobati, baik ke puskesmas, RSUD Gununghalu. Namun tidak dari hari kehari pembengkakan hidungnya terus bertambah. Bahkan kami juga pernah mendatangi ke Pemkab Bandung Barat, agar dicarikan selusinya, bagaimana sebaiknya. Namun tidak ada tanggapan. Akhirnya, tiga bulan yang lalu kami minta rujukan dari RSUD Gununghalu untuk ke RSHS Bandung.
Ketika Ai Siti, kami bawa ke RSHS, ternyata tidak langsung dirawat, dan untuk menghemat biaya, akhirnya selama hampir tiga bulan sampai sekarang, selama menjalani Observasi, saya dan Ai Siti tinggal di Yayasan Kanker Anak Bandung di Jalan Sukimin Bandung.
Dikatakan, Ai Siti sudah diperiksa di THT, Kepala, Badan,bahkan sudah pernah discan seluruh badannya. Menurut doker Dito ( ahli Bedah Syaraf RSHS) yang menangani , Ai dinyatakan mengalami penyakit kanker di hidung ( Selsel Hydrosipalus), Maka hasur dialkukan tindakan medik yaitu dioperesi.
Selama seminggu Ai dirawat di RSHS dan hasil pengecekan saat itu, kesehatan Ai Siti baik dan dapat dilakukan operasi. Namun harus membeli obat yang harganya sekitar Rp.5 juta lebih dengan biaya operesinya sebesar Rp.25 juta. Namun dr Dito mengatakan, Obat itu tidak ada di Inonesia, dan harus beli dari Australia.
Kami selaku orang tua semakin terkejut, ketika dr Dito mengatakan, obat tersebut tidak dapat diperjual belikan sembangan harus yang meminta Pemerintah / Dinas Kesehatan atas permohonan dari RSHS. “Inikan aneh, atau karena kami dari keluarga miskin pengguna Jamkesmas”, ujar Enung heran.
Menurut Dokter Dito pihak RSHS sudah mengajukan permohonan ke Dinkes Jabar untuk membeli obat yang dibutuhkan pasien Ai Siti, namun berhubung saat ini Dinkes Jabar tidak memiliki dana jadi tidak bisa beli sekarang, nanti aja setelah Pemilu, ujar Enung menirukan perkataan Dr.Dito .
“Kalau pihak keluarga pasien meminta sekarang-sekarang ini untuk dioperasi, bisa aja, tapi akal-akalan dalam artian kalau dioperasi hidung Ai Siti harus diambil dari tulang otak untuk bentuk hidungnya. Itupun hasil tidak menjamin hidungnya dapat terbentuk dengan baik”, ujar enung sambil menahan kesedihan.
Sementara itu, LSM Trapawana Jabar, David Raksabuana, yang turut mendampingi keluarga pasien Ai Siti Romlah mengatakan, tujuan ke dewan jabar, bukannya kami minta sumbangan tapi kami ingin berkonsultasi tentang langkah yang harus ditempuh keluarga pasien agar dapat dilakukan operesi.
Dikatakan, LSM Trapawana Jabar, selaku pendamping ssudah pernah datang Pemkab Bandung Barat termasuk ke Dinkes KBB tapi tidak memberikan jawaban yang pasti, maka akhirnya kita fokuskan meminta rujukan dari Puskesmas Kec, Gunung Halu terus ke RSUD Gununghalu langsung dibawa ke RSHS. Namun sampai di RSHS, Ai Siti tidak langsung dirawat, jadi kami titip di Yayasan Kanker Anak Bandung, jalan Sukimin,
David menyayangkan perkataan dokter Dito, yang disampaikan ke orang tua Ai bahwa operesi Ai Siti terkendala di obat yang harus dibeli dari Austraslia. Yang memakan waktu sekitar 3 bulan baru bisa datang.
Terkait apa yang disampikan tersebut, kami akan kembali mendatangi pihak RSHS, Dinkes Jabar untuk mempertanyakan kelanjutan pengobatan Ai Siti. Kalau ternyata kita tidak mendapatkan jawaban yang pasti kapan akan dilakukan operesi , kita juga akan kembali ke DPRD Jabar, bahkan bila perlu kita akan menghadap langsung Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
“Kita ingin tahu sejauh mana tanggung jawab Gubernur Aher terhadap masyarakat kecil pengguna Jamkesmas dalam mencari keadilan bidang kesehatan”, tegasnya. (zein)