Klarifikasi Netty Heryawan, “Tidak Pernah Mengatakan Sintren Haram”

BANDUNG (Lintasjabar.com),- Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Barat Netty Heryawan membantah telah menyebutkan kesenian Sintren musyrik sehingga diharamkan. Sebagai tokoh masyarakat Jabar, Ibu Netty sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Barat sangat jelas dan menghargai keberagaman budaya yang dimiliki masyarakat Jabar. Bahkan menyakini keberagaman tersebut menjadi aset budaya.

Dengan semakin gencarnya polemik Sintren, istri Gubernur Jabar, Ny Netty Heryawan melakukan klarifikasi. Bahkan Netty sampai menampilkan saksi-saksi dan memperlihatkan bukti-bukti pendukung.Berdasarkan saksi mata, baik pejabat maupun staf yang mengikuti kegiatan roadshow Gerakan Membaca di Gedung Korpri Kota Cirebon pada tanggal 19 Mei kemarin, tidak ada secuil pun kalimat yang menyebutkan atau mengomentari Sintren sebagai kesenian yang mengandung nilai musyrik. Sangat disayangkan dengan pemberitaan yang bersumber pada hal yang tidak valid dan sumir.

Netty datang ke Ruang Malabar Gedung Sate Jalan Diponegoro, Rabu (25/5) didampingi Asisten Daerah II Bidang Kesejahteraan Rakyat Aip Rivai, Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah Cirebon Ano Sutrisno dan Tutty Ano Sutrisno, serta Kepala Biro Umum, Humas, dan Protokol Ruddy Gandakusumah.

Dalam kesempatan itu, ditampilkan dua rekaman video saat Netty menghadiri acara Roadshow Gemar Membaca yang digelar di Gedung Korpri Kota Cirebon, Kamis (19/5). Video tersebut ditayangkan di hadapan para wartawan dan pejabat Pemprov Jabar dalam sebuah layar lebar berukuran 3×3 meter. Tidak ada perkataan atau ucapan saya soal Sintren itu musyrik atau diharamkan,” tegas Netty.

Kasus ini mencuat usai beberapa seniman Sintren memprotes Netty Heryawan yang dituding telah mengucapkan haram bagi kesenian Sintren. Berita yang seolah-olah menyebutkan Istri Gubernur mencoreng kesenian Sintren tidak bisa dipertanggungjawabkan karena masih ‘katanya dan katanya’. Berdasarkan kronologis acara, kesenian Sintren ditampilkan sebelum pidato pembukaan sekaligus peresmian acara roadshow Gerakan Membaca oleh Netty Heryawan.
Dalam sambutannya, Netty lebih menyoroti kebiasaan membaca pada keluarga, keutamaan membaca sebagai kunci peradaban, serta upaya memasyarakatkan membaca melalui revitalisasi perpustakaan dengan konsep new look, new image pada perpustakaan. (Zaen)

Respon (1)

  1. Saya bersyukur kalau Ibu Nety benar2 tidak mengatakan Sintren sebagai kesenian yang musyrik. Tapi, dari mana awalnya tiba2 beredar kabar tersebut. Kalau memang Ibu Nety tidak merasa bersalah, kenapa tidak menuntut orang yang pertama kali menyebarkan berita tersebut?

    Jujur saja, ketika pertama kali membaca berita tersebut, saya langsung percaya bahwa Ibu Nety menganggap musyrik pada sintren, dikarenakan sebelumny bapak Gubernur Jabar pun pernah menyoroti seni tari jaipongan.

    Sebagai rakyat Jawa Barat, saya hanya sekedar mengingatkan kepada Bapak dan Ibu Gubernur: hargailah seni budaya daerah, dan gali kearifan lokal di balik ragam budaya daerah. Ingat juga bahwa lahirnya Islam di nusantara merupakan jasa-jasa para wali, yang diantaranya menggunakan media seni budaya untuk syiar Islam.

    Saya seorang muslim dan tetap ingin menjadi orang Indonesia, yang sangat mengagumi warisan seni budaya leluhur nenek moyang Indonesia. Saya orang muslim yang lebih mengagumi budaya daerah sendiri daripada budaya Arab.

Tinggalkan Balasan