Kopi Musik & Spiritualitas, Arif Hamid Rahman: “Musik Adalah Bahasa Universal”

[lintasjabar tkp=”CIPACING”] Acapkali, bersama kopi menjadi awal atau wasilah terbangunnya persahabatan dan persaudaraan tanpa adanya kebencian dan permusuhan seperti yang tersirat dalam kalimat “More coffee, less hate”.

Anggota DPRD Jawa Barat, Arif Hamid Rahman saat berdiskusi bertajuk “Kopi Musik & Spiritualitas”

Begitu pula dari kopi tidak sedikit orang terinspirasi dari mulai ide dan gagasan kecil hingga menjadi sebuah gerakan besar, maka adakalanya sebagian orang menyebut obrolan warung kopi adalah hasil diskusi santai tapi banyak mengilhami.

Hadirnya anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Arif Hamid Rahman, SH membuat semakin padu dan lengkap saat diskusi yang dikemas dengan bincang-bincang santai bertajuk “Kopi Musik & Spiritualitas” yang diinisiasi Majlis Tafsir Bunyi digelar bersamaan dengan acara opening Kopibray Sukahati Jalan Raya Cipacing, Sabtu malam (14/11/2020).


Sesekali iringan musik akustik yang dibawakan sangat apik oleh Ustadz Zack Dela Rosa membuat suasana diskusi semakin menarik. Bahkan lagu berjudul “Fountain” dari Pas band yang dilantunkannya sontak membuat peserta yang hadir membuat sedikit ‘bergairah’ malam itu.

Selain Arif Hamid Rahman, narasumber lain diantaranya ada Ustadz Dadang Masdar, Ustadz Arif Bld, Ustadz DR. Zaki Mubarak, Rosihan Fahmi, Ustadz Aedhi Rahman Saleh, DR. Soni R, Budi The Pandal, Ustadz Yadi S, Ustadz Yudi Wildan Latief, serta H. Ado Rocksdenim.

Owner Kopibray, Achmad Faisal menyatakan bahwa setiap orang pernah memiliki masa-masa “black” atau menjalani kehidupan yang suram, lalu beranjak menjadi “grey”, dan kemudian berubah menjadi white. Maka itu, ia menilai agar jangan pernah merasa paling suci, atau menganggap orang lain busuk dan penuh dosa.

narasumber serta undangan berphoto bersama usai acara

“Padahal setiap orang pasti pernah dan bahkan sering berbuat dosa. Bedanya adalah, ada yang dosanya terlihat oleh orang lain, dan ada yang sembunyi-sembunyi. Seburuk-buruknya orang, dia berhak punya masa depan. Sebaik-baiknya orang, dia juga pernah punya masa lalu. Maka tidak selayaknya menganggap diri kita lebih baik daripada orang lain, sehingga kita merasa berhak menghakimi pihak lain,” ujarnya.

Begitu pula, Arif Hamid Rahman yang merupakan anggota Komisi I DPRD Jabar ini menandaskan musik adalah bahasa universal. Bahkan, sambungnya seni adalah ekspresi ruh yang mengandung dan mengungkap keindahan.

“Syair, nyanyian, tarian, dan peragaan di pentas, lukisan atau pahatan, semuanya adalah seni, selama terpenuhi unsur keindahan. Dan seni yang islami adalah seni yang menggambarkan wujud dengan bahasa yang indah serta sesuai dengan fitrah. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan,” ujarnya usai acara kepada lintasjabar.com.

[xyz-ips snippet=”bacajuga”]

Menurutnya, tidak mudah mendefinisikan keindahan. Kendati nalar meletakkan syarat dan ukuran, tetapi bukan nalar itu yang menetapkannya. Ukuran dan syarat itu bersumber dari dalam diri manusia atau masyarakat.

“Allah SWT telah menganugerahkan manusia rasa bagaikan reciever yang peka sehingga dengan mudah seseorang menangkap, merasakan, dan menyambutnya. Itulah salah satu fitrah yang dianugerahkan kepada manusia,” urainya.

Seperti seni dan musik, semua orang sependapat bahwa hal itu adalah bagian keindahan. Begitu pula sama halnya dalam membangun komunikasi serta silaturahmi satu sama lain dalam persaudaraan, hal itu menjadi tolok ukur yang sama dalam membangun akar kekuatan saling mengisi dan melengkapi.

“Jadikan perbedaan pandangan atau ikhtilaf menjadi bagian dinamika yang justru saling memotivasi satu sama lain, dan tidak untuk menjadi konflik. Seperti juga kopi, dengan pahitnya kita belajar untuk tidak pernah merasa jera, kapok lantas menjauh. Jadi nikmati dan berkawanlah dengan pahitnya itu,” tutupnya. (Ihsan/Adv)

Tinggalkan Balasan