[lintasjabar tkp=] Sial memang tak dapat dihindari. Nasib itu menghinggapi pria paruh baya berinisial TR (50). Wajahnya babak belur setelah dihantam menggunakan gas elpiji 3 kilogram. Beberapa kali tabung besi itu dihujamkan. Darah pun bercucuran. Tubuhnya juga ikut tersungkur dan pingsan. Dugaan penganiayaan itu terjadi pada Jumat (14/2/2020). Menimpa TR yang diduga merupakan seorang rentenir.
Peristiwa naas itu bermula saat TR tengah menagih utang kepada S (36), seorang ibu rumah tangga di Ciwidey, Kabupaten Bandung. S, kata polisi, tak memiliki uang saat ditagih. Ia meminta keringanan waktu namun TR malah berteriak lantang menagih utang cicilannya. Emosi S tersulut. Ia dibuat malu dengan teriakan TR. S khawatir para tetangga mendengar. Yang terjadi selanjutnya, ia pergi ke dapur untuk mengambil tabung gas sebelum kemudian dihantamkan berkali-kali. Seorang teman korban yang menunggu di luar rumah, kemudian masuk dan membawa korban ke rumah sakit.
Kapolresta Bandung Kombes Pol Hendra Kurniawan melalui Kapolsek Ciwidey AKP Ivan Taufiq mengatakan S gelap mata lantaran dibuat malu atas perkara utang yang melilitnya.
“Awalnya korban meminjam uang Rp1.750.000 kepada seseorangan diduga rentenir atau bank emok. Pejanjiannya dibayar Rp70.000/hari,” tutur Ivan, Selasa (18/2/2020).
Kasus dugaan penganiayaan ini tengah ditangani polisi. Pihak korban melaporkan penganiayaan pada Sabtu (15/2/2020). Tapi TR belum dimintai keterangan lebih rinci lantaran ia masih menjadi pasien di Rumah Sakit Santosa. Saat ini, S telah ditetapkan sebagai tersangka dan menghuni sel tahanan perempuan Mapolresta Bandung.
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
Peristiwa dugaan penganiayaan ini terjadi berselang beberapa pekan setelah kasus pembunuhan terhadap penagih utang yang melibatkan sejumlah karyawan kedai ramen di Kabupaten Bandung. Beberapa pegawai telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. Kasus ini terbilang cukup heboh dan sanggup menyedot perhatian massa.
Saat itu, Bupati Bandung Dadang Naser memberi respons dengan mengingatkan kepada warganya agar menghindari praktik peminjaman uang tidak resmi. Peminjam uang dari lembaga tidak resmi, kata Dadang, akan merasa menderita. Bahkan bukan hal yang tidak mungkin situasi ini akan mendorong tindakan kriminal.
Dadang pun mengimbau masyarakat untuk tidak mencoba meminjam dana kepada bank gelap, rentenir, atau bank emok.
“Pinjam uang ke bank resmi, jangan ke bank gelap,” katanya.
Kisah lilitan utang yang membuat orang-orang kesulitan bernapas ini bukanlah hal yang baru. Di ruang-waktu berbeda, kisah soal jerat utang yang bikin sekarat ini muncul di Tasikmalaya akhir 2019 lalu. Beredar video viral yang memperlihatkan emak-emak menjerit histeris karena perkara utang bank gelap. Dalam video yang diunggah akun Facebook Ubay Berebet itu nampak salah seorang emak-emak menjerit histeris di antara ibu-ibu lain setelah cekcok soal masalah utang.
Bank gelap, alias bank emok atau rentenir, menawarkan pinjaman cepat tanpa syarat. Bank ilegal ini biasanya menerapkan bunga tinggi hingga dua kali lipat. Peminjam berbentuk kelompok, jika nasabah macet, nasabah lainnya terpaksa membayar secara patungan.
Hantu bankgelap ini biasanya bergentayangan menyasar masyarakat-masyarakat di pedesaan. Berbekal janji surga, tak sedikit masyarakat yang kemudian terbuai. Pemerintah bukannya tak mau turun tangan. OJK dan BI sudah berkali-kali meminta masyarakat untuk menghindari bank gelap. Namun faktanya bank gelap masih saja eksis karena ia muncul dari kebutuhan masyarakat akan kredit mikro.
Guna melawan arus dominasi bank gelap tersebut pemerintah meluncurkan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) pada 2017. UMi menyasar usaha mikro di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). UMi memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Hingga saat ini, lebih dari 62 juta pelaku UMKM rentan menjadi sasaran rentenir.
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
Di Jawa Barat, ada produk pembiayaan khusus yang diciptakan untuk mempermudah para pengusaha mikro, khususnya di pedesaan. Produk tersebut adalah Kredit bjb Mesra (Masyarakat Ekonomi Sejahtera) hasil kerja sama antara bank bjb dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Salah satu tujuan utama Kredit bjb Mesra adalah melawan praktik rentenir.
“Kami di Jawa Barat masih banyak warga tidak mampu, mudah-mudahan dengan program ini dapat memberantas kemiskinan, memberantas rentenir,” kata Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil saat peluncuran Kredit Mesra.
Harapan akan pembebasan warga dari jerat rentenir ini perlahan-lahan maujud. Ridwan Kamil mengatakan sudah terdapat 17.000 warga Jabar telah terbebas dari hisapan lintah darat. Suwarno, salah seorang pengakses Kredit bjb Mesra mengaku terbantu dengan keberadaan program ini. Secara perlahan, Kredit bjb Mesra mengangkat derajat hidupnya.
Warga Kutaampel, Batujaya, Kabupaten Karawang ini menerima bantuan permodalan sebesar Rp5 juta pada Oktober 2019. Tiga bulan berjalan, usaha warung yang dikelolanya langsung beroleh hasil berlipat. Suwarno yang telah belasan tahun berjualan nasi goreng dan es di SMAN 1 Batujaya bisa memperbesar warungnya dengan berbagai stok barang yang lebih lengkap. Seiring dengan itu, keuntungannya pun mengganda.
Kemudahan persyaratan dan tidak adanya bunga menjadi alasan Suwarno memilih Kredit bjb Mesra.
“Persyaratannya mudah. Enggak seperti bank-bank lain. Ribet,” ujar Suwarno.
Berkas-berkas persyaratan yang diperlukan untuk mendapat bantuan meliputi KTP, Kartu Keluarga (KK), Surat Nikah, dan Surat Rekomendasi Pengurus Rumah Ibadah.
Sedari mula diluncurkan, Kredit bjb Mesra memang menyasar para pengusaha kecil sebagai penerima manfaat. Tak semata mengutamakan dorongan ekonomi, napas yang dibawa Kredit bjb Mesra juga berupaya membangkitkan semangat religiusitas masyarakat. Karenanya, mereka yang terpilih sebagai debitur, harus mendapat rekomendasi dari pengurus rumah ibadah. Kredit ini, berlaku bagi semua pemeluk agama tanpa kecuali.
Selebihnya, para jemaah calon peserta akan diminta membuat kelompok 5-10 orang. Kelompok ini selain berfungsi sebagai kelompok pembinaan pelatihan, namun juga berfungsi sebagai kelompok penerima pinjaman karena kredit ini bersistem tanggung renteng. Kelompok-kelompok yang terbentuk akan menerima pelatihan dari pihak bank bjb.
“Sebagai agen pembangunan daerah, bank bjb memiliki peran sentral dalam membangun kesejahteraan masyarakat lewat berbagai kemudahan akses terhadap layanan perseroan. bank bjb menyadari, kesejahteraan ekonomi masyarakat adalah pilar utama dalam pertumbuhan daerah. Kami bersama pemerintah daerah senantiasa bersinergi dan berkolaborasi dalam segenap upaya mengangkat derajat kehidupan masyarakat menjadi lebih bermartabat,” kata Direktur Utama bank bjb Yuddy Renaldi.
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
Seperti diutarakan Suwarno, kehadiran Kredit bjb Mesra seolah menjadi pengobat hasrat masyarakat dalam mengembangkan usaha agar semakin pesat, hal yang selama ini dijanjikan bank emok. Kredit bjb Mesra hadir sebagai alternatif bagi siapa saja yang membutuhkan tanpa harus terperangkap ke dalam rayuan sesat lembaga lintah darat. Suwarno, bukannya tak tahu keberadaan bank emok. Namun, baginya bank emok adalah momok. Sebisa mungkin pinjaman bergaya siluman ala bank gelap ini ia hindari agar nasibnya tak tercekat.
Berkali-kali dia menghindar dari rayuan gombal rentenir.. Dia bahkan sempat mendengar kabar ihwal rumah tangga di kampung tetangga yang hancur berantakan karena terjerat pinjaman bank gelap.
Kabar itu, membuat ia sadar dan semakin ogah berurusan, hingga kemudian datang kabar keberadaan program Kredit bjb Mesra yang mengubah arah hidupnya. (Red)