Peluncuran Buku Dirut bank bjb: Menguji Teori The Irfan Model

BANDUNG, LJ – Kesuksesan bank bjb dalam 4 tahun terakhir yang berhasil mentransformasikan diri dari status sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) menjadi perbankan bertaraf nasional, tak lepas dari tangan dingin sang Direktur Utama Ahmad Irfan. Melalui berbagai strategi dan terobosannya, bank bjb berhasil meraih predikat sebagai salah satu dari 15 bank di Indonesia dengan kinerja bisnis terbaik dapat diraih.

Memimpin sejak tahun 2014, Ahmad Irfan mampu membawa bank bjb pada berbagai inovasi untuk meningkatkan daya saing di tengah ketatnya kompetisi industri perbankan dan kondisi ekonomi yang dipenuhi ketidakpastian. Pengalamannya di dunia perbankan selama lebih dari 30 tahun, membuat Ahmad Irfan memiliki misi untuk meningkatkan daya saing bisnis BPD di Indonesia. Penelitian disertasi bersifat empiris dilakukan dan menghasilkan sebuah metode ilmu baru yang dinamakan The Irfan Model.

Dalam perjalanannya, pemikiran Ahmad Irfan tersebut kembali didokumentasikan dalam buku The Irfan Model: Manuver dan Strategi bank bjb di Tengah Ketidakpastian Ekonomi. Buku tersebut, merupakan seri kedua, setelah sebelumnya di penghujung tahun 2016 Ahmad Irfan telah berhasil dengan buku pertamanya yang berjudul Inside The Mind Of A Leader: Membangun Indonesia, Memahami Negeri.

Bahkan, buku The Irfan Model, akan diterbitkan oleh International Journal Mining Challenge Banking Society lantaran masuk dalam 40 dari 400 hasil penelitian terbaik di dunia. Artinya The Irfan Model dapat didebat dan diimplementasikan oleh dunia internasional karena telah divalidasi.

“Jika teori The Irfan Model diuji atau digunakan oleh berbagai negara di dunia. Lalu berdampak sama positifnya (seperti bank bjb) maka bukan tidak mungkin, Ahmad Irfan berkesempatan meraih Nobel Prize,” ujar Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat, Aldrin Herwany saat peluncuran buku The Irfan Model di Kantor Pusat bank bjb, Senin (18/12).

Meski pembahasan dalam buku The Irfan Model yang juga dicetak dalam format Bahasa Inggris, namun materinya lebih fokus pada penerapan bagi industri perbankan khususnya BPD. Intisari pemikiran dan strategi yang dijabarkan juga dapat digunakan untuk segala bidang usaha.

The Irfan Model menjelaskan bahwa untuk meningkatkan daya saing khususnya bagi BPD, diperlukan formula dan strategi yang tepat melalui tiga pendekatan yaitu adopsi teknologi, manajemen inovasi dan pengelolaan sumber daya.
Sementara aspek lingkungan bisnis, kompetensi inti dan kepemimpinan juga memiliki pengaruh terhadap pengembangan strategi bersaing melalui pengelolaan sumber daya perusahaan baik berwujud maupun tidak.

“Teknologi berpengaruh bagi perkembangan bisnis. Teknologi tidak dapat ditawar lagi maka perbankan harus selalu berinovasi mengikuti perkembangan pasar. Sementara inovasi sangat berpengaruh terkait budaya organisasi dan lingkungan bisnis,” ujar Ahmad Irfan pada waktu dan kesempatan yang sama.

Secara spesifik, penelitian terkait The Irfan Model belum pernah dilakukan sebelumnya. Secara akademik The Irfan Model dapat mengisi literatur atas penelitian yang telah ada. Dalam menjalankan studinya, Ahmad Irfan menggunakan metode exploratory research yang berarti penelitian dibangun dari sekumpulan teori untuk membentuk sejumlah hipotesis.

Lalu secara nyata, The Irfan Model dapat menjadi solusi dalam menghadapi kompleksitas dan ancaman integrasi bisnis perbankan, khususnya bagi BPD. Tujuannya agar dapat menyelematkan BPD dan terhindar dari infiltrasi Masyarakat Ekonomi Asean 2020.

Pasalnya, BPD memiliki keunikan dibandingkan dengan kategori bank lain. Keunikan terletak pada dukungan kuat dari pemerintah daerah, baik dari sisi pasokan maupun permintaan. Namun, keunikan tersebut dapat berdampak buruk bagi BPD jika tetap berada pada zona nyaman.

Terlebih, dalam dua tahun terakhir serbuan era digitalisasi melalui financial technology atau fintech hadir dan mulai mengerjakan pekerjaan bank. Artinya, adaptasi terkait perkembangan zaman dan teknologi harus selalu dilakukan oleh bank konvensional guna menuju transaksional banking bahkan kultural.

“Adopsi teknologi adalah pengendali dari seluruh BPD di Indonesia. Bukan hanya mengetahui namun harus melakukan pemutakhiran teknologi. Arahnya hanya dua, bersinergi atau bersaing (dengan fintech). Kalau kuat maka buka persaingan. Namun kalau tidak merasa kuat maka harus mau bersinergi,” ujar Ahmad Irfan.

Sebenarnya, konsep dalam The Irfan Model merupakan strategi yang telah dilakukan oleh bank bjb di masa kepemimpinan Ahmad Irfan. Strategi tersebut terbukti tepat karena bank bjb hadir sebagai BPD terbaik di segala bidang baik total aset, laba bersih, penyaluran kredit hingga jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK).

“Menerbitkan buku ini adalah amal ibadah karena satu ilmu yang kami tularkan akan dibalas dengan seribu ilmu yang didapat. Kami berdoa semoga ini dapat bermanfaat bagi setiap lini kehidupan di masa depan,” ujar Ahmad Irfan.  (***)

Tinggalkan Balasan