[lintasjabar tkp=] Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Kota Bandung meluncurkan Jaringan Usaha Koperasi (JUK) untuk meningkatkan kapasitas koperasi Kota Bandung di Hotel Prama Grand Preanger, Jalan Asia Afrika Bandung, Selasa (25/2/2020).
JUK merupakan upaya untuk mempertemukan dan mengoordinasikan koperasi-koperasi untuk saling bermitra dan bersinergi melalui konsep “Belanja Bareng”. Dengan konsep ini, koperasi serba usaha memiliki produk berkualitas dengan harga bersaing.
“Dengan JUK ini diharapkan harga barang setiap koperasi bisa lebih murah dan saling menguntungkan, dan sebagai langkah konkret mampu menigkatkan daya beli masyarakat,” ungkap Kepala Dinas KUMKM, Atet Dedi Handiman.
Menurutnya, pengembangan JUK yang kuat dan kerja sama antar koperasi yang erat dan saling menguntungkan merupakan faktor penting dalam menumbuhkan potensi koperasi. Upaya tersebut menjadi bagian dari pembinaan koperasi oleh dinasnya.
[xyz-ips snippet=”bacajuga”]
“Kami sudah melakukan berbagai langkah, seperti memfasilitasi temu usaha pengusaha besar dengan koperasi, FGD Jaringan Usaha Koperasi dengan koperasi-koperasi yang berkomitmen untuk belanja bareng,” jelas Atet.
Pada program ini, Dinas KUMKM menggaet berbagai perusahaan penyedia barang konsumsi, seperti Bulog SubDivre Jawa Barat, Indofood, Unilever, dan SB Mart. Selain itu, Atet juga memberikan pelatihan kepada koperasi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Upaya ini diapresiasi oleh Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna. Menurutnya, penting bagi koperasi untuk memiliki ‘agility’ sehingga bisa mengikuti perkembangan zaman. Sebab, koperasi harus bersaing dengan banyaknya usaha-usaha besar di Kota Bandung yang jumlahnya lebih dari 800 unit usaha.
“Paradigma ini harus diubah setahap demi setahap. Kalau mengandalkan yang konvensional akan jalan di tempat. Kalau koperasi semua bisa bekerja sama didukung teknologi kekinian, saya punya optimisme,” ujar Ema.
Jejaring koperasi ini menjadi langkah perubahan baru sebagai jawaban atas tuntutan zaman. Ema percaya jika koperasi bergerak bersama, fungsi koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa bisa kembali dijunjung tinggi.
“Kalau bergerak bersama, saya yakin koperasi yang mati suri bisa hidup kembali. Kalau masing-masing, sendiri-sendiri, kita tidak bisa bersaing dengan perusahaan atau pemodal besar. Di Kota Bandung ini ada lebih dari 800 toko modern. Kalau ini tumbuh tidak terkendali koperasi bisa mati,” serunya.
Sebagai langkah konkret JUK, Dinas KUMKM memfasilitasi penandatanganan Nota Kesepahaman antara beberapa koperasi yang akan berkolaborasi, di antaranya Kopontren Daarut Tauhid dan KKP ITB, Koperasi Karyawan Kopertis Wilayah IV, Koperasi Karyawan Fathul Huda, dan Kojamas At-Taqwa. Selain itu, telah ada 100 koperasi yang telah berkomitmen untuk bergabung ke dalam JUK ini. (San)