Bandung (lintasjabar.com) – Permasalahan sanitasi yang kurang memadai menjadi isu lingkungan yang berpotensi menimbulkan penyakit, meningkatnya biaya kesehatan dan penurunan kualitas air, menjadi permasalahan terutama bagi penduduk sepanjang bantaran sungai Cikapundung.
Penataan sanitasi DAS Cikapundung merupakan kebutuhan yang sangat mendesak sehingga pelaksanannya dibutuhkan sinergitas semua kalangan bersama-sama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Hal tersebut disampaikan Wakil Walikota Bandung, Ayi Vivananda, saat membuka Seminar “Optimalisasi peran serta masyarakat sekitar Sungai Cikapundung dalam meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan yang menjadi bagian dari Gerakan Cikapundung Bersih” Hotel Karang Setra Jl. Bungur No. 2, Selasa (22/11/2011).
Ayi menggambarkan keadaan Sungai Cikapundung, “Terbentang sepanjang 28 kilometer dari hulu Kabupaten Bandung Barat hingga berakhir di Sungai Citarum Kabupaten Bandung, 15,5 kilometernya membelah di Kota Bandung juga merupakan sungai terbesar di Kota Bandung, 68 persennya melewati pemukiman padat, 1100 bangunan dan 75.000 jiwa, sebagian digunakan bahan air Baku PDAM namun di hulu Cikapundung ditambah kotoran 120ton/hari,” paparnya
Lebih lanjut Ayi menyatakan program program yang telah dilakukan pemerintah, “Selain Gerakan Cikapundung Bersih sejak 2004, pembuatan septic tank komunal dan pengerukan sendimentasi, kita bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Bandung Barat untuk membuat pengelolaan limbah sapi, sehingga limbah tersebut tidak dibuang ke Sungai Cikapundung, juga menjalin kerjasama dengan masyarakat di Desa Sunten Jaya,” katanya.
Pemerintah Kota Bandung telah membuat septic tank komunal di beberapa titik di Kelurahan Tamansari, dan RW10 dan RW11 Kelurahan Cipaganti, dengan harapan masyarakat menciptakan sanitasi yang bersih dengan memanfaatkan saluran pipa air kotor PDAM, juga tidak membuang limbah dan kotoran ke Sungai Cikapundung.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara, mengatakan pentingnya septic tank komunal maupun individu, “Jamban keluarga merupakan sanitasi dasar pada keluarga, tetapi ada permasalahan geografis dan lahan yang tersedia, dengan WC komunal menyiasati keterbatasan tersebut,” katanya. (Herdi)