BANDUNG, LJ – Universitas Padjadjaran (Unpad) ialah kampus kebanggaan warga Jawa Barat. Kampus yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar di Indonesia. Alumninya tersebar di seluruh Indonesia, bahkan banyak juga alumninya yang diakui di dunia internasional. Selain itu, kampus ini juga dianggap religius karena keberadaan masjid kampus dan aktifnya kajian keagamaan antara mahasiswa. Dalam kajian Islam, Unpad menampilkan wajah Islam yang modern, moderat, dan toleran. Kajian Islam ini selaras dengan eksisnya organisasi mahasiswa Islam seperti HMI, PMII, IMM, Hima Persis, KAMMI, dan lainnya.
Belakangan ini Unpad menarik perhatian warga Jawa Barat, karena pemilihan rektor (Pilrek) yang tak kunjung selesai, dan berujung kisruh di internal. Kisruh ini berlarut-larut hingga tak tentu arah, jelas sangat merugikan dan jadi preseden buruk bagi dunia pendidikan. Rupanya itu semua terkait dengan kredibilitas para calon rektor yang diterpa beberapa isu. Mulai dari terungkapnya masalah KDRT salah satu calon rektor, isu korupsi, dan isu radikalisme.
Menyikapi demikian, bagi Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PW GPII) Jawa Barat, isu radikalisme ini menjadi perhatian serius. Bahkan di sejumlah media, beberapa kali Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan ada indikasi salah satu calon rektor terpapar radikalisme.
“Hal ini tentu saja bukan masalah biasa, ini serius dan berimplikasi besar. Namun harus dibuktikan secara lebih jelas, supaya tidak ada kesan asal tuduh. Isu yang berkembang di masyarakat, ada indikasi kuat isu radikalisme ini dialamatkan pada sosok Prof. Atip Latiful Hayat, LLM., Ph.D. yang memiliki latar belakang ormas Islam,” papar Ketua Umum PW GPII Jabar, Irwan Sholeh Amir dalam press release yang diterima redaksi, Senin (3/01/2019).
Sosok Islam yang Moderat
Bagi aktivis Islam di Jawa Barat, sudah tidak asing dengan sosok Atip Latiful Hayat. Figur yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam (PP Pemuda Persis), salah satu organisasi otonom dari ormas Islam Persis.
Ormas Islam yang lahir di Bandung tahun 1923 ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia dan memiliki cabang istimewa di luar negeri. Basis terbesar ormas Persis ini di Jawa Barat.
Persis punya peran besar untuk bangsa ini, lahir sebelum Indonesia merdeka dan beberapa tokohnya berkontribusi besar kepada republik ini. Misalnya M. Natsir yang pernah menjadi perdana menteri, Isa Anshori tokoh Masyumi pejuang anti komunis, bahkan guru utama Persis yaitu A. Hassan merupakan tokoh yang pernah bertukar pikiran secara langsung dengan Soekarno tentang Islam dan kebangsaan.
“Hingga saat ini kader-kader terbaik Persis tetap mengabdi untuk negeri termasuk di perguruan tinggi,” jelasnya.
Irwan menilai, tak berdasar jika sosok Atip Latiful Hayat ini dianggap terpapar radikalisme. Selain aktif di Persis beliau pun aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Barat.
Ditambah pernah pula mewakili Unpad menjadi salah satu calon terbaik seleksi hakim Mahkamah Konstitusi (MK), dan kepakarannya di bidang hukum mengantarnya menjadi Guru Besar UNPAD. Baru-baru ini beliau pun aktif kajian Islam modern di Tajdid Institute.
PW GPII Jabar menganggap isu radikalisme ini menjadi bola liar yang juga merusak nama baik Unpad, semestinya pemerintah segera mengakhiri kisruh yang terjadi dan menentukan pilihan dengan segera dari tiga calon rektor yang telah ditetapkan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) Unpad. (San)