[lintasjabar tkp] Pemuda ataupun pelajar dan mahasiswa merupakan sosok merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa. Maka itu, sebagai agent of change atau agen perubahan, pemuda, pelajar juga mahasiswa harus mampu memberikan kontribusi nyata pada pembangunan negara ini.

Demikian disampaikan anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Arif Hamid Rahman, SH dalam diskusinya bersama Konfederasi Pelajar Mahasiswa (KPM) Brigez Indonesia Rabu (4/11/2020).
Dikatakannya, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah menyampaikan dalam pidatonya “Berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia” dan Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya”.
“Sebegitu pentingnya pemuda karena pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa yang dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan,” papar Arif yang juga anggota Komisi I DPRD Jabar ini.
Hal ini, sambungnya, membuktikan bahwa pemuda mempunyai peran yang sangat besar untuk meneruskan kekuasaan yang sudah ada saat ini. Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan.
“Di mana saja, di negara mana saja, kemerdekaan tak pernah luput dari peran mahasiwa dan pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan dalam setiap sektor kehidupan masyarakat termasuk pada sektor kebijakan pemerintahan, lingkungan sekitar, serta kontribusi dalam lingkungan masyarakat sekitar,” terangnya.
Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Begitu pula, lanjutnya, mahasiswa memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut. (Ihsan/Red)