BANDUNG LJ – Penurunan ekosistem DAS Citarum sudah mendapat perhatian serius Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Terbukti, DAS Citarum termasuk salah satu dari 15 DAS Prioritas Indonesia dalam Program Quick Win untuk ditangani pemulihannya. Upaya rehabilitasi dan penyelamatan telah dilakukan melalui berbagai program dan proyek, baik oleh pemerintah, bantuan luar negeri maupun para pihak terkait.
DAS Citarum ini punya tiga waduk besar: Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Tiga waduk ini menghadapi tingkat erosi dan sedimentasi yang berat. Tak hanya itu. Yang memprihatinkan adalah tingkat pencemaran di tiga waduk tersebut sudah masuk kategori mengkhawatirkan.
Kepala Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung Kementerian LHK Dodi Susanto menuturkan, di DAS Citarum terdapat sub-DAS Ciminyak dan Cihaur, yang berada di wilayah KBB. Peran serta pemerintah daerah diperlukan untuk mengatasi persoalan lahan kritis.
“Kerja sama ini bertujuan untuk mencapai sinergitas dalam rangka penanganan DAS prioritas dan lahan kritis oleh para pihak dalam pemulihan DAS dan kualitas kawasan dan luar kawasan, khususnya di DAS Citarum sub-DAS Ciminyak dan Cihaur,” kata nya.
Dia menyebutkan, sub-DAS Cimenyak melewati Kecamatan Gununghalu, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, dan Cihampelas. Sementara sub-DAS Cihaur melintasi Kecamatan Batujajar, Ngamprah, Padalarang, dan Saguling.
“Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan di 9 kecamatan dan 56 desa di Bandung Barat itu ialah agroforestri (penggabungan pola pertanian dan kehutanan) seluas 2.000 hektar, dan kegiatan sipil teknis, yaitu pembangunan dam penahan 25 unit, gully plug 150 unit, dan sumur resapan air 700 unit,” paparnya,
Tingginya konsentrasi polutan tersebut antara lain disebabkan banyaknya aktivitas masyarakat di sempadan anak sungai yang bermuara ke Sungai Citarum dan membuang air limbah dan limbah padat ke sungai. Di samping itu, kemiringan hidrolik Sungai Citarum yang sangat kecil (landai) menyebabkan terakumulasinya polutan yang masuk dan reaerasi yang terjadi juga sangat lambat, sehingga kemampuan sungai memurnikan sendiri (self furification) sangat kecil, yang akhirnya menyebabkan konsentrasi bahan pencemar di kolom air tinggi.
Dengan kondisi itu, tidak aneh jika penanganan pemulihan DAS Citarum masuk dalam kategori prioritas. Peningkatan status dari prioritas jadi sangat prioritas ini memang punya dua makna. Pertama, upaya penyelamatan DAS Citarum selama ini belum optimal, sementara intensitas kerusakan malah meningkat. Kedua, dari sisi evaluatif pertanyaan mengenai efektivitas pendekatan yang dipakai dalam upaya penyelamatan DAS Citarum selama ini menjadi sangat relevan
Strategi pelestarian SDA DAS Citarum adalah bagaimana menahan air hujan sebanyak dan selama mungkin dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air, baik melalui cara vegetatif, agronomi, sipil teknis, managemen maupun penerapan teknologi baru.
Momentum penerapan teknik Konservasi Tanah dan Air (KTA) itu saat ini tepat sekali, terutama dengan telah diterbitkannya UU No. 37 Tahun 2014 tentang KTA termasuk PP Penyelenggaraan KTA. (San/Redaksi)