BANDUNG LJ – Komitmen Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapa) Kota Bandung untuk mendukung terwujudnya Bandung sebagai Smart City melalui visi Terwujudnya Pertanian dan Ketahanan Yang Tangguh dan Unggul mendapatkan apresiasi positif dari berbagai pihak. Sebab selain urban farming yang mendapat apresiasi adalah program raskin gratis bahkan mendapat raskin award di 2014.
Tidak berhenti disitu saja, program yang tak kalah penting lainnya adalah meningkatkan budidaya screen house. Dispertapa Kota Bandung sebelumnya telah memberikan bantuan kepada masyarakat berupa screen house yang lengkap ukuran 5 x 11 m dengan bantuan pembibitan sebanyak 3 kali, dan penyuluhan serta pendampingan. Hal terkait upaya mengembangkan bercocok tanam dengan metoda dan sistem hidroponik.
Selain itu, pada tahun 2015 pihak Dispertapa juga telah membantu sebanyak 9 wilayah kecamatan, disusul kembali tahun berikutnya sebanyak 16 wilayah kecamatan. Hal tersebut dilakukan pihak Dispertapa Kota Bandung hingga mencapai target yakni memberikan bantuan pada 25 kecamatan se Kota Bandung.
“Program Screen House merupakan salah satu program unggulan Dispertapa Kota Bandung, dan akan merealisasikan bantuan kepada masyarakat terkait bercocok tanam sistem hidroponik hingga mencapai target sebanyak 25 kecamatan. Bantuan itu diberikan baik tingkat kelurahan maupun kecamatan” papar Kepala Dispertapa Kota Bandung, Ir. Hj. Elly Wasliah kepada Lintasjabar.com kemarin.
Upaya yang dilakukan pihak Dispertapa Kota Bandung dengan program Sreen House, sambungnya, guna mengatasi permasalahan semakin sempitnya lahan sebagai media tanam. Dan pihaknya tahun ini menganggarkan bantuan untuk 16 kecamatan, anggaran tersebut dikhususkan sebagai modal awal sebab dengan sistem tersebut diharapkan ke depan masyarakat akan menuai hasil jauh lebih besar dibanding hasil yang diperoleh melalui sistem konvensional.
“Dengan metode hidroponik keuntungan yang diperoleh bisa tiga kali lipat dibanding dengan metode konvensional,” papar Elly. Bahkan, keuntungan itu lantaran harga tanaman hidroponik lebih mahal, dibanding tanaman konvensional.
Keunggulan lain dari sistem scree house hidroponik adalah masa panen juga lebih pendek, untuk tanaman kangkung, bisa dipanen setiap 17 hari sekali, sedangkan dengan metoda konvensional 30 hari sekali.
Menurut Elly, metoda hidroponik sudah diterapkan di beberapa kelurahan, namun dengan fasilitas yang lebih kecil dan portabel. Dengan metode penanaman ini, diharapkan masyarakat Kota Bandung bisa menjadi produsen sayuran daun. Sehingga bukan hanya mengkonsumsi saja.
Sementara itu, ditambahkan Sekretaris Dispertapa Kota Bandung, Ikhsani Sadikin, saat Bandung Menjawab di Ruang Media, Jl. Wastukancana, Selasa (8/3), beberapa program Dispertapa Kota Bandung yang mendapatkan apresiasi diantaranya adalah urban farming.
Urban Farming, ditandaskan Ikhsan, langsung mendapatkan tanggapan positif bukan hanya dari Wali Kota Bandung, tetapi juga dari berbagai Kota dan Kabupaten lainnya.
“Selain urban farming, yang mendapatkan apresiasi adalah program raskin gratis, dimana Kota Bandung menjadi kota yang pertama yang menggratiskan Raskin sampai ke titik bagi, dan mendapatkan Raskin Award di tahun 2014,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Ikhsan, berbagai program kerja lain yang akan dikerjakan Dispertapa di tahun 2016 adalah menata Jl. Riau sampai Ahmad Yani, meningkatkan wirausaha baru melalui urban farming, dan melaksanakan secara rutin vaksinasi, desinfeksi dan depopulasi bila ada kasus kejadian zoonosa (penyakit hewan yang menular dan membahayakan manusia) selain dari pada program meningkatkan budidaya dengan screen house.
“Tahun ini kami akan menata Jl. Riau sampai Ahmad Yani dengan meletakkan tanaman Kastuba atau poinsettia di pot bambu yang digantungkan di pohon. Kami mengamati, meniru dan memodifikasi dari salah satu kota di Thailand. Untuk sekarang baru 200 titik pohon yang dikerjakan,” ujarnya. (Adv/Redaksi)