Deni Wahyudin: Pengunaan Teknologi Biodigester Langkah Tepat

BANDUNG LJ – Deni Wahyudin Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota mendukung langkah Ridwan Kamil,mengenai penanganan pengelolaan sampah di Kota Bandung akan menggunakan teknologi biodigester.

Lebih lanjut dikatakan politisi muda Partai Gerindra ini, opsi yang diambil Bandung 1 (walikota) itu sunguh tepat menginggat kota Bandung tidak memiliki lahan yang cukup,apabila masih mengunakan cara konvensional untuk itu perlu mengunakan teknologi tepat guna di kantor DPD Partai Gerindra jalan Kliningan kemarin.

Selain itu juga ditambahkan Deni, mengingat waktu pemakaian Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sarimukti sebentar lagi akan berakhir masa kontraknya, maka teknologi biodigister merupakan solusi yang tepat.

Sebelumnya Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil memastikan, pengelolaan sampah di Kota Bandung akan menggunakan teknologi biodigester. Pengelolaan sampah dengan menggunakan biodigester akan lebih menguntungkan, ketimbang insinerator, lantaran biaya pengolahan (tipping fee) yang lebih kecil.

“Keuntungannya, dapat subsidi dari APBN, yang nilainya ditentukan berdasarkan kajian. Listrik dibayar lebih mahal dari alistrik biasa, sehingga investor bisa balik modal lebih cepat,” katanya.

Selama ini, lanjutnya, modal yang dikembalikan kepada para investor dibebankan dari tipping fee. Hal tersebut, memberatkan beban Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Ia menduga teknologi biodigester hanya mampu mengolah sampah berskala kecil. Namun, belakangan, dia mendapatkan informasi bahwa biodigester mampu mengolah sampah hingga ribuan ton.

“Tahun ini, kami upayakan akan mulai membangun PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) dengan teknologi yang tidak membakar,” jelasnya.

Saat ini, ia sedang menunggu presentasi pemilik teknologi baru terkait biodigester skala kota. Jika semua cocok, teknologi tersebut akan dikaitkan dengan prosedur lama.lokasi PLTSA sudah tidak ada masalah. Dia mengakui, sudah meninjau lokasi di kawasan Gedebage Bandung untuk pembangunan PLTSA. “Enggak ada masalah, sekitar 5-7 hektare sudah cukup,” pungkasnya. (San/Her)

Tinggalkan Balasan