BANDUNG LJ – Kalangan DPRD Jawa Barat mempertanyakan cukup besarnya SILPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) yang mencapai Rp 3,4 trilyun. Kenapa sampai terjadi SILPA yang cukup besar?
Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Jabar Deden Dharmasyah mengatakan, besaran kecilnya SILPA itu tergantung tiga hal yaitu, over target pendapatan, Sisa lelang dan anggaran tidak terserap.
Kalau besaran SILPA dihasilkan oleh over target, dewan memberikan apresiasi yang positif dan juga bila dihasilkan dari sisa lelang, dewan juga masih dapat memaklumi. Tapi kalau dari tidak terserapnya anggaran karena tidak jalannya program itu menandakan perencanaan tidak matang. “ini tidak boleh terjadi,” kata Deden Dharmansyah di ruang Banggar DPRD Jabar usai pembahasan APBD Perubahan 2014 dengan TAPD Jabar , Kamis (7/8).
Dikatakan, jika ada efisiensi itu perlu dipertanyakan efisiensi yang mana. “Bagus memang kalau ada efisiensi, tetapi terlalu besar juga patut dipertanyakan. Sistem penganggarannya seperti apa,” ujarnya.
Pada prinsipnya, lanjutnya, dewan mendukung kinerja pemerintah harus lebih efektif lagi. Namun, bukan berarti penyebab SILPA yang begitu besar dibiarkan saja, tentu kita harus digali. “Apakah dari pendapatan yang over target atau dari program-program yang tidak bisa terselenggara dengan dengan baik,” kata Deden.
Deden mengungkapkan, bahwa SILPA sebesar Rp.3,4 trilyun terbagi dalam beberapa hal, diantaranya untuk menutup Defisit APBD murni 2013 sebesar Rp.1,5 trilyun; kekurangan bagi hasil kab/kota rp.575 miliar; Dikurangi uang kas di Blud RS Al-Ikhsan 2013 Rp.14 miliar; uang kas di Dishub Jabar untuk pembebesan lahan BIJB Rp.91 miliar, DAK Rp.4 miliar.
Selain itu , dikurangi lain-lain Kas di Bendaharan Pengeluaran maka realiassi SILPA sebagai saldo awal ABT2014 sebesar 1,2 trilyun ditambah prediksi pendapatan 2014 Rp.630 Miliar setelah dikurangi bagi hasil kab/kota. Sehingga saldo awal ABT 2014 dari sisa realisasi SILPA 2013 dan pelampauan target pendapatan 2014 sebesar Rp.1,8 trilyun, jelasnya. (Ihsan)