BANDUNG (LJ) – Kesadaran masyarakat baik itu sebagai konsumen maupun pedagang untuk memeriksakan atau menera alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP) dirasakan masih kurang. Padahal hal tersebut bisa mengakibatkan potensi kerugian yang tidak kecil bagi sektor perdagangan.
Demikian hal itu mengemuka saat Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Barat melakukan kunjungan kerja ke Balai Metrologi Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat di Cirebon kemarin.
Menurut legislator dari PKS ini,kesadaran masyarakat untuk menera alat ukur memang masih rendah, padahal ini untuk kepentingan masyarakat sendiri sebagai konsumen,tuturnya seraya menambahkan melihat pentingnya fungsi balai-balai yang ada di OPD termasuk Balai Metrologi, pihaknya senantiasa mendorong dilakukannya pengembangan dan penguatan fungsi balai dimaksud terutama dari segi anggaran apabila bila memang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi bagi PAD,ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya,setelah kami dorong, sekarang terlihat ada peningkatkan di sejumlah balai yang ada di OPD. Pada kunjungan tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Balai SH. Syam, terkait kekurangpedulian masyarakat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai peneraan alat UTTP, sehingga diperlukan sosialisi yang lebih gencar dan intensif kepada masyarakat sebagai konsumen.
Syam mengungkapkan selama ini pihaknya juga mendapatkan keluhan dari kab/kota terkait pembagian retribusi dari kegiatan metrologi. Selama ini menurutnya pembagiannya adalah 35 persen untuk kab/kota, 65 persen untuk provinsi. Provinsi memperoleh bagian yang besar karena alat, biaya operasional, SDM-nya berasal dari provinsi sehingga wajar jika provinsi mendapatkan bagian yang lebih besar.
Syam juga memandang lemahnya pengawasan, pengendalian dan pembinaan metrologi di kab/kota dampaknya sangat dirasakan bagi kegiatan kemetrologian. Padahal ,”Kami mengharapkan kab/kota memperkuat dulu pengawasan, pengendalian serta pembinaan balai metrologinya karena sektor ini juga memiliki potensi PAD.”ujarnya. (Ihsan)