BANDUNG (Lintasjabar.com),- Bagi Kota Bandung dengan luas lahan sangat terbatas dan kebutuhan hunian yang representatif, perlunya terus mengembangkan pola pembangunan perumahan dari horisontal menjadi vertikal, baik berupa rumah susun sederhana (rusuna) sewa maupun milik atau apartemen. Pola ini diharapkan akan memperbesar daya tampung sekaligus mengendalikan munculnya kawasan hunia yang tidak teratur dan kumuh.
“Rusunawa solusi terbaik menyediakan fasilitas hunian pada lahan terbatas. Terlebih Kota Bandung yang sedang berupaya keras merealisasikan perluasan ruang terbuka hijaunya yang kini baru 9,21 persen,” ungkap Wali Kota Bandung, H Dada Rosada dalam kesempatan peresmian Rusuna sewa (rusunawa) bagi Mahasiswa Unpas, di lingkungan kampus IV Unpas, Jalan Setiabudi 193 Bandung, Rabu (8/12). Diresmikan menteri Perumahan (Menpera) RI, Suharso Monoarfa.
“Rusunawa kata Dada, akan menyediakan ruang terbuka lebih luas, udara yang lebih sehat dan segar. Kondisi yang menurutnya bisa mendorong mahasiswa penghuni rusunawa nyaman belajar dan produktif, memberi pengalaman bersosialisasi baik antar mahasiswa maupun dengan warga sekitar,” imbuhnya.
Di Kota Bandung lanjutnya, mencari lahan hunian vertikal representatif dan apalagi sesuai peruntukannya, terlebih tidak bertentangan dengan tata ruang kota, tidak mudah bahkan bisa dikatakan cukup sulit. Namun hunian vertikal baik rusunawa, rusunami maupun apartemen, akan terus dikembangkan.
Kota Bandung dikatakannya, saat ini telah memiliki rencana peta sebarannya hunian vertikal. Sedikitnya ada 11 lokasi yang telah ditetapkan bahkan sudah ada yang direalisasikan, Rusunawa Indal di Jalan Industri Dalam Kec Cicendo, Rusunawa Cingised di Cisaranten Kulon/Arcamanik sebanyak 5 Twin Blok-384 unit, Sadangserang/Coblong (1 TB-94 unit), Rancacili Kel Derwati/Rancasari (1 TB-74 unit). Apartemen Braga, Buahbatu Park (apartemen), Rusunawa Mahasiswa Unpas (1 TB-98) dan Rusunawa (UPI 1 TB-70 unit). Lokasi lainnya direncanakan di kawasan Tamansari (Kebon Kembang, Linggawastu), Sadangserang II, Cicadas, Jamika dan Jalan Lebak.
Dada berharap, Rusunawa Unpas memaksimalkan pemanfaatan ruang terbuka untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Dirinya ingin Rusunawa Unpas menjadi simbol bangunan ramah lingkungan, rusunawa yang mendudukan ketertiban, kebersihan dan keindahan sebagai kegiatan para penghuninya.
Senada dengan Walikota Bandung, Suharso Monoarfa mengungkapkan Kota Bandung adalah kota yang mempunyai kepadatan cukup tinggi, kebutuhan akan perumahan vertikal mutlak diperlukan, “Untuk masyarakat kita tata Kota Bandung bersama, dengan penempatan yang benar, efesien, efektif, mengatasi deadlock Kota Bandung, memperindah kembali, menjadikan bandung yang asli seperti dulu,” ajaknya.
Mempera mengajak akademisi seperti UNPAS dan ITB untuk memperbaiki kekumuhan lingkungan disekitarnya, “ITB saya berikan challengIe mensejahterakan dan memperbaikii pemukimannya, begitu juga UNPAS memberikan pandangan pemikiran untuk mengatasi kekumuhan, karena pertambahan kekumuhan di Indonesia luar biasa, hari ini kekumuhan 57.000ha padahal tahun sebelumnya 53 ribu hektar,” ungkapnya
“Saya tidak setuju penggusuran secara besar-besaran karena itu tidak manusiawi, pembangunan pemukiman yang benar dengan cara memindahkan sementara kemudian menempatkan kembali, karena disana ada hak mereka, sehingga diperlukan pendekatan extra persuasif yang merupakan tugas akademisi,” lanjutnya.
Pembangunan rusunawa mahasiswa, Kemenpera telah merintisnya sejak 2005. Hingga kini sedikitnya sudah 138 twinblock dibangun. Khusus di 2010- 2011, Kemenpora memprogramkan 49 twinblock yang kini masih dalam tahap pembangunan. Jumlah ini diakui masih sangat sedikit dibanding kebutuhan yang ada. Untuk itu Kemenpera mengharapkan, pihak universitas dan pemerintah daerah dapat melanjutkan pembangunannya karena rusunawa merupakan program stimulan. (Herdi)