BANDUNG, LJ– Relawan Gerakan Bandung Disiplin, Hendro Talenta. Ia menduga, para pelajar itu mendapat “restu” dari orang tua untuk membawa sendiri kendaraan, terutama saat berangkat ke sekolah. Hal tersebut terlihat dari banyaknya pelajar yang membawa sepeda motor ke sekolah.
“Kalau sesekali, kita bisa anggap mereka curi-curi dari orang tua. Tetapi kalau setiap hari, artinya mereka memang dilegalkan dan difasilitasi oleh orang tua mereka,” ujar Hendro pada Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota Bandung, Selasa (13/3/2018).
Menurut pengamatan Gerakan Bandung Disiplin, orang tua cenderung permisif dengan membiarkan anak-anaknya yang notabene dilarang mengendarai sepeda motor. Pembiaran itu kemudian mengajarkan anak-anak untuk merasa “boleh” mengendarai motor sendiri. Apalagi, di usia tersebut anak belum bisa membuat Surat Izin Mengemudi (SIM).
“Karena membuat SIM kan pasti ada syarat umur. Mereka belum cukup umur membuat SIM. Artinya, mereka tidak punya SIM,” katanya.
Kondisi diperparah dengan lemahnya pengawasan sekolah terhadap siswa yang membawa kendaraan. Tidak banyak sekolah yang melarang siswanya membawa kendaraan pribadi. Di beberapa sekolah bahkan memiliki parkir yang cukup luas untuk menyimpan kendaraan. Sedangkan sekolah yang tidak memiliki lahan, membiarkan motor-motor siswa terparkir di pinggir jalan.
“Kalau sudah masuk ke badan jalan, artinya pemerintah memiliki peran untuk melakukan penindakan,” imbuh Hendro.
Menghadapi situasi ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tidak ingin tinggal diam. Sekretaris Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Anton Sunarwibowo menyatakan, jika orang tua tidak mampu mendidik dengan baik kepada anak-anak, maka negara harus turun tangan.
“Ini (menjadi) peran negara untuk meluruskan mindset orang tua,” ujar Anton.
Oleh karena itu, Dishub Kota Bandung bekerja sama dengan komunitas Gerakan Bandung Disiplin menggagas kampanye “Disiplin Dimulai dari Sekolah”. Kampanye ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Polrestabes Bandung.
“Tujuan kampanye ini adalah untuk memberikan edukasi kepada anak-anak sekolah dan juga para orang tua agar keselamatan dan kedisiplinan ini harus diperhatikan oleh semua. Kalau kami kan tidak punya akses kepada orang tua siswa, maka kami bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk memberikan sosialisasi ke sekolah,” jelas Anton. (/Red)