Taty Sugiarti, Sosok yang Mampu Kembangkan Batik Kreatif

BANDUNG, LJ – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat memberikan penghargaan kepada Owner Batik Laksmi, DR. Hj. Taty Sugiarti, SH., MH. Ia dinilai sebagai sosok yang mampu mengembangkan batik kreatif dengan menggabungkan warisan kekayaan budaya dengan sentuhan-sentuhan modern pada acara Seminar Ekonomi Digital yang digelar PWI Jabar di Gedung Bandung Creative Hub (BCH) Selasa, (19/3/2019).

Batik sendiri merupakan salah satu warisan budaya Indonesia, bahkan badan PBB untuk masalah kebudayaan yaitu UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Non Bendawi (Masterpieces of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) bagi Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009.

Dan untuk pertama kalinya batik diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden RI kedua Bapak Soeharto, yang kala itu memakai batik di ajang Konferensi PBB bersama negara-negara lain. Batik juga pernah digunakan oleh tokoh-tokoh dunia, seperti Nelson Mandela, Bill Clinton, Barack Obama, Zinedine Zidane, Bill Gates dan lain-lain, ketika bertandang ke Indonesia.

Keunikan batik terletak pada motif dan warnanya, tiap daerah memiliki ciri khas sendiri, terdapat lebih dari 30 macam batik di Indonesia berdasarkan asal daerahnya. Batik memiliki 2 kelompok utama motif, yaitu motif klasik dan motif kontemporer. Motif klasik memiliki “pakem” yaitu ciri-ciri motif yang ada dalam batik, sesuai dengan daerah masing-masing.

Sedangkan motif kontemporer, tidak terikat pada pakem, namun tergantung kreasi pembatiknya. Motif batik klasik Yogya dan Solo, terdapat sekitar 15 motif batik, masing-masing motif memiliki filosofi atau makna, dimaksudkan untuk memberi kesan atau inspirasi kepada pemakainya sebagaimana yang dimaksud pada tiap-tiap motif.

Dijelaskan Taty, Laksmi Batik mencoba menghadirkan seni batik dengan modifikasi tetapi tetap tidak terlepas pada pakem batik yang ada menurut budaya dan warisan leluhur bangsa.

“Batik yang kita buat merupakan batik dengan beragam keunikan desain dan modifikasi kekinian. Kendati kita tak lepas dari pakem yang ada,” terang Taty dengan senyum khasnya kepada awak media usai menerima penghargaan.

Sebagai bangsa Indonesia, tentunya akan merasa bangga karena keberadaan batik diakui sebagai warisan budaya bangsa. Terlebih lagi, sejak tahun 2009 batik telah mendapat pengakuan internasional dan secara resmi menjadi bagian dari Daftar Representatif Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia.

Lebih dari itu guna mengapresiasi batik, Indonesia telah menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Disadari maupun tidak, batik sejauh ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tidak sedikit batik bahkan nyaman digunakan untuk bekerja, mengikuti acara keluarga, hingga menghadiri acara resmi. Batik juga mudah ditemukan pada berbagai bentuk serta tingkatan, baik dalam bentuk kain, produksi massa pakaian jadi, maupun produk karya desainer Indonesia.

“Dengan beragam desain dan motif batik, kami ingin menghadirkan keindahan batik sesungguhnya. Sebagai batik warisan leluhur yang kami sangat mencintainya,” jelas wanita yang telah mendedikasikan hidupnya demi eksistensi batik nusantara.

Melalui UNESCO, dunia internasional telah mengakui batik sebagai budaya tak benda warisan manusia yang berasal dari Indonesia. Namun, batik Indonesia bukanlah produk massa yang sekadar memiliki corak tanpa makna. Masuknya batik ke dalam Daftar UNESCO membawa kewajiban bagi Indonesia untuk melindungi tradisi batik, sehingga sebagai bangsa Indonesia harus dapat memaknai dan melestarikan ikon budaya dunia ini, serta mengetahui aspek-aspek tradisi batik yang perlu dilindungi.

Bahkan dalam situs resmi UNESCO ditulis bahwa Batik Indonesia memiliki banyak simbol yang bertautan erat dengan status sosial, kebudayaan lokal, alam dan sejarah itu sendiri. Batik adalah identitas bangsa Indonesia. Batik dipercaya menjadi bagian penting seseorang (rakyat) di Indonesia.

“Sejauh ini market kita dalam negeri, karena kita ingin lebih memasyarakatkan batik ke segala penjuru nusantara,” pungkasnya seraya mengucapkan rasa bangga dan terimakasihnya kepada PWI Jabar yang telah menganugerahinya sebuah penghargaan atas dedikasinya selama ini kepada batik. (Ihsan)

Tinggalkan Balasan