Walikota: Dikembangkanlah Tri Kerukunan Plus

Bandung, (lintasjabar.com) – Empat tahun lalu, tepatnya 10 November 2007, di halaman kantor Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Jawa Barat, Jalan Sancang Bandung, 17 pemuka agama yang ada di Bandung seperti alm KH Imam Shonhaji (islam), pdt Albertus Patty (kristen), Handojo Ojong (Budha), Js Sukotjo S. Bambang (khonghucu), Romo Dedy Pradipto (katolik), dan Made Dwiana (Hindu) mendeklarasikan 5 kesepakatan yaitu, umat beragama Kota Bandung adalah bagian dari bangsa Indonesia yang senantiasa menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, selalu berjuang untuk tegaknya hukum dalam mewujudkan kesejahteraann keadilan, dan kerukunan hidup demi mencapai kebahagian bersama, mengembangkan sikap toleransi, tenggang rasa dan saling menghormati, serta selalu bekerjasama untuk berperan dalam mengatasi masalah-masalah sosial dan lingkungan. yang kemudian 5 butir deklarasi tersebut dikenal dengan “deklarasi sancang”.

Kamis (10/11) malam, bertepat di Kong Miao MAKIN (Majelis Agama Khonghucu Indonesia), jalan Cibadak No. 225i, diselenggarakan syukuran memperingati empat tahun deklarasi sancang tersebut. Hadir dalam kesempatan tersebut, Walikota Bandung Dada Rosada, Wakil Walikota Bandung Ayi Vivananda, ketua Forum Lintas Agama Deklarasi Sancang (Flads) Kiagus Zaenal Mubarok, dan para deklarator deklarasi sancang.
Walikota Bandung Dada Rosada dalam sambutannya mengatakan bahwa Bandung sebagai rumah bersama yang terbuka bagi warga muslim maupun non muslim, karena Bandung dibangun bukan hanya oleh orang muslim saja. Karena itu menurutnya salah satu agenda prioritas pembangunannya bukan Bandung Islamis, tetapi Bandung Agamis.
Agar tercipta Bandung yang kondusif, maka menurut Dada dikembangkanlah Tri Kerukunan plus, yaitu kerukunan antar umat beragama, sesama pemeluk agama, dan antara Pemerintah dengan umat beragama, ditambah dengan kerukukan antar etnis. “memang di Bandung bukannya tidak ada bibit permasalahan, tetapi hal itu dapat diminimalisir dengan adanya tri kerukunan plus tersebut,” ujarnya.

Selain itu, Dada juga mengusulkan agar kegiatan FLADS, ke depannya dapat dirasakan oleh warga masyarakat lainnya, karena menurutnya saat ini kegiatan FLADS baru dirasakan oleh beberapa orang atau golongan saja, belum menyentuh kepada masyarakat lainnya.

“Saya berharap agar kegiatan flads berikutnya dapat menyentuh masyarakat kebanyakan, misalnya saja dengan mengadakan bakti sosial kepada masyarakat yang membutuhkan, agar banyak masyarakt yang mengetahui tentang forum lintas agama deklarasi sancang ini,” pungkasnya.

Sementara itu, menurut ketua FLADS Kiagus Zaenal Mubarok biasanya agama di beberapa tempat menjadi sumber permasalahan, tetapi menurutnya seharusnya agama itu menjadi solusi dari permasalahan. “Biasanya agama di beberapa tempat itu menjadi permasalahan, tetapi seharusnya kebalikannya, agama itu menjadi solusi dari permasalahn tersebut,” ujarnya. (Herdi)

Tinggalkan Balasan