Ahyani: Deteksi Dini Kanker Payudara Bisa Dilakukan

BANDUNG LJ – Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara mengatakan, pencegahan dan deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan dengan Sadari. Namun, diakuinya, tingkat pengetahuan dan kepedulian masyarakat belum cukup tinggi.
Karena itulah, sosialisasi dan pemberian informasi secara utuh terus dilakukan, termasuk pentingnya Sadari (pemeriksaan payudara sendiri).
Kanker payudara termasuk dua jenis kanker tertinggi yang banyak diderita wanita di Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Namun, kesadaran warga terhadap bahaya kanker payudara dengan pemeriksaan dini masih kurang.
“Pernah enggak sebulan sekali periksain payudara kita sendiri. Padahal itu bisa meningkatkan presentasi kesembuhan sangat tinggi. Jadi, sekarang tugas kita memberikan pengetahuan yang utuh,” tandas Ahyani di sela Peluncuran Kampanye Sadari, di ruang serbaguna Pemkot Bandung, Jln. Wastukancana kemarin.
Pengetahuan ini, lanjutnya, harus dilakukan secara utuh karena bila tak utuh, dikhawatirkan warga takut untuk melakukan pemeriksaan. Dengan utuhnya informasi yang diberikan, maka diharapkan masyarakat mau melaksanakan pemeriksaan sendiri.
Sadari ini merupakan pemeriksaan yang lebih murah dan hanya bermodalkan cermin.Pemeriksaan di sekitar payudara ini dilakukan 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi. Sementara bagi yang sudah menopuase, bisa menentukan tanggal, misalnya tiap tanggal 1 dan perabaannya dengan tiga jari.
Lebih jauh Ahyani mengatakan, dari laporan kasus rawat inap di rumah sakit di Kota Bandung ini, kanker payudara menduduki dua kanker tertinggi yang diidap wanita setelah kanker leher rahim. Meski belum terdaftar secara nasional, namun bila dilihat dari proporsinya, kanker payudara ini terjadi pada 26 per 100.000 wanita.
Meski menduduki peringkat kedua, namun angka kematian kanker payudara tertinggi daripada kanker leher rahim.”Ini disebabkan datangnya sudah terlambat atau karena penyebabnya belum jelas. Kalau kanker leher rahim kan sudah jelas berhubungan dengan human papilloma virus, jadi kalau dia diimunisasi dia bisa menurun dengan cepat. Kalau kanker payudara banyak faktornya, jadi sangat perlu upaya pencegahan dan deteksi dini yang mandiri, jangan pakai alat-alat,” ujar Ahyani.
Pengetahuan ini, ungkap Ahyani, akan terus disosialisasikan. Karena dilihat dari angka nasional, 40% pasien kanker datang pada stadium awal dan 60% pada stadium lanjut. Data di RSHS pun sama, 50% datang pada stadium lanjut sehingga pengobatannya lebih sulit, lama, dan mahal.
Karena itulah, secara aktif Dinkes melalui kesehatan reproduksi anak, dan juga pada ibu-ibu yang memeriksakan kehamilan dan KB serta media melakukan sosialisasi.
“Yang penting sekarang membuat gerakan masif hingga ke tingkat kelurahan, agar ada orang-orang yang tahu dulu dan nanti menyebarkan informasi. Jadi strateginya memperbanyak orang tahu dulu, orang yang peduli dan paham secara utuh,” katanya.(Ihsan)

Tinggalkan Balasan