BANDUNG (Lintasjabar.com),- Lagi-lagi permasalahan sampah menjadi faktor ketidakberhasilan Pemerintah Kota Bandung meraih Adipura untuk kesekian kalinya pada tahun ini. Sampah terutama yang kerap terlihat menumpuk di pasar-pasar adalah faktor utama, hal itu diungkapkan Walikota Bandung Dada Rosada belum lama ini.
Atas hal tersebut, dirinya menegaskan rencana Pemerintah Kota (Pemkot) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sudahlah final. Keputusan Pemkot membangun PLTSa, terangnya, sebagai jalan keluar permasalahan sampah perkotaan sudahlah final. Suara-suara menentang dianilainya sebagai kelaziman dalam iklim demokrasi.
“Kita kalah karena sampah, terutama sampah di pasar-pasar. Karena itu, pembangunan PLTSa sebisa mungkin harus dipercepat, Jika tidak, seumur hidup kita akan bermasalah dengan sampah. Warga yang menentang tidak banyak kok. Di DPRD juga sama. Saat dilakukan voting, lebih banyak yang menyatakan setuju,” ujarnya.
Sedang menurut Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung Cece Iskandar mengungkapkan, sampah sebenarnya hanyalah satu dari banyak persoalan di pasar-pasar, selain drainase, infrastruktur, dan PKL. “Tapi memang yang paling kelihatan ya sampah. Apalagi jika terjadi penumpukan,” ucapnya.
Salah satu akar masalah persampahan di Kota Bandung, sambungnya, adalah terlalu sedikitnya armada pengangkut. Dengan hanya 103 unit truk pengangkut, ditambah 12 unit yang disewa, baru sekitar 2/3 tonase sampah yang bisa diangkut setiap harinya ke TPA Sarimukti. Akibatnya, sekitar 500 ton sampah tak terangkut setiap harinya.
“Idealnya, Kota Bandung memiliki sedikitnya 140 unit truk pengangkut sampah. Artinya ada kekurangan 37 unit. “Masalahnya, APBD baru bisa mengalokasikan penambahan dua unit per tahunnya. Kami harap mulai tahun depan setidaknya bisa dialokasikan empat unit untuk mengejar ketertinggalan,” tuturnya. (Herdi)