BANDUNG (Lintasjabar.com),- Banjir, longsor dan kekeringan air adalah bagian persoalan lingkungan hidup yang mengancam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Di Kota Bandung sendiri, kini sedikitnya terdapat 68 titik rawan banjir. Faktor penyebab, diakui lebih banyak disebabkan pada perilaku manusia baik secara perorangan maupun kolektif.
Faktanya alih fungsi lahan, semula lahan kosong menjadi bangunan gedung baik untuk rumah tinggal, perkantoran, infrastruktur jalan dan tempat kegiatan ekonomi lainnya, menyebabkan hilangnya sumber-sumber penyerapan air tanpa hambatan langsung mengalir ke saluran drainase dan sungai bahkan meluap banjir ke jalan hingga pemukinan yang mengakibatkan bencana. Kata kuncinya, lingkungan hidup Kota Bandung harus diselamatkan dan kualitasnya ditingkatkan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung sendiri tengah menggalakkan Revolusi Bandung Hijau melalui lima gerakan, gerakan penghijauan dengan menanam 2 juta pohon sampai tahun 2013, Hemat dan menabung air dengan membuat sumur resapan dan biofori, sungai bersih melalui cikapundung bersih, gerakan sejuta bunga, gerakan udara bersih menerapkan uji emisi bagi kendaraan bermotor, program car free day di kawasan jalan dago setiap hari minggu serta gerakan pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pengawasan lingkungan hidup (GP4LH)
Dalam beberapa kesempatan, diungkapkan walikota Bandung, H. Dada Rosada, SH. M.Si jika hasil pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dikembalikan ke masing-masing daerah, pihaknya berencana mempertimbangkan untuk memberikan insentif bagi warga dan perusahaan yang memperhatikan lingkungan. Sementara diinsentif akan diberikan kepada warga dan perusahaan yang sama sekali tidak peduli akan lingkungan sekitarnya.
“Nanti kita akan bentuk tim yang tentunya melibatkan aparat kewilayahan, untuk memantau kondisi lingkungannya. Dan untuk rumah yang dianggap paling peduli lingkungan akan diberi penghargaan”, ujarnya.
Kepedulian terhadap lingkungan yang dilakukan Pemkot Bandung terlihat dari Aksi bebersih sungai. Sebab tegas Dada, alam dan lingkungan berupa sungai, hutan dan gunung, merupakan ayat-ayat Allah yang harus diimani, antara lain dengan menjaga dan memeliharanya dari kerusakan. “Alam lingkungan hanya akan memberikan manfaat, mendatangkan kesejahteraan pada manusia jika alam benar-benar terpelihara baik,” tuturnya.
Dirinya juga menghimbau agar masyarakat bisa bekerjasama dengan tidak membuang sampah ke sungai. Sebab dinilainya sama dengan menabung bencana, masyarakat sendiri yang akan menuai kesengsaraan. Dan Kota Bandung menurut Dada, memerlukan lebih banyak lagi pejuang dan pahlawan peduli lingkungan. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup Kota Bandung dikatakannya mendesak karena merupakan bagian dari kebutuhan hidup.
Daya tarik Kota Bandung yang kini semakin besar, lanjutnya, menjadi magnet datangnya banyak orang atau wisatawan baik wisatawan mancanegara ataupun domestik, menetap maupun beraktivitas. Disamping itu, Bandung kini tidak saja telah menjadi kawasan padat penduduk, tapi juga padat dengan bangunan baik untuk gedung perkantoran, rumah tempat tinggal, bangunan sekolah, mall ataupun pusat-pusat kegiatan bisnis lainnya. Ini menekan berat ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan menurunnya kualitas lingkungan hidup.
Kondisi lingkungan hidup Bandung seperti itu, diakui Dada, karena budaya peduli dan cinta lingkungan yang belum melembaga, baik secara individu maupun secara kelompok. Malu jika membuang sampah ke sungai dan malu jika buang sampah ke jalan.
“Perubahan sikap ini yang kita inginkan. Peliharalah sungai sebab sungai bukanlah anugerah untuk tempat pembuangan sampah”, tandasnya.
Sementara itu, pada kesempatan lain, Wakil Walikota, Ayi Vivananda mengatakan untuk mengantisipasi pesatnya pertumbuhan kota, Kota Bandung mengingimbanginya dengan program yang adaptif, terarah, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa depan.
“Ini alasan, pentingnya Kota Bandung menanamkan kepedulian lingkungan hidup secara formal di lingkungan sekolah. Menjadikan pendidikan lingkungan hidup sebagai muatan lokal” tuturnya.
Gerakan Cikapundung Bersih (GCB)
“Program kali bersih judulnya saja Gerakan Cikapundung Bersih, tapi yang harus dilakukan seluruh atau 48 sungai yang ada di Kota Bandung semuanya bersih,” papar walikota Bandung, H. Dada Rosada, SH. M.Si pada satu kesempatan menyoal Gerakan Cikapundung Bersih.
Kondisi Sungai Cikapundung sekarang memang belum bisa dikategorikan bersih, sejak tahun 2004 yang lalu saat dimulainya gerakan cikapundung bersih, sungai yang membelah Kota Bandung ini kondisinya jauh lebih parah, selain kotor juga berbau.
Sudah tujuh tahun gerakan cikapundung bersih disuarakan, sudah banyak kegiatan yang diprakasai baik oleh pemerintah maupun warga digelar, sejauh ini secara warna fisik air yang mengalir bisa dikatakan cukup lumayan meskpun secara kualitas belum dilakukan penelitian.
Beberapa tahun yang lalu Walikota Bandung pernah berujar tentang mimpinya, beliau mengatakan bermimpi suatu hari kelak Sungai Cikapundung menjadi tempat wisata, dimana sungainya bisa dilayari. Disadarinya hal tersebut, karena dinilainya Kota Bandung dan warganya tak bisa lepas dari keberadaan Sungai Cikapundung.
Meskipun bukan orang pertama yang menyuarakan gerakan sungai cikapundung, tapi pernyataan Walikota Bandung ini seakan menjadi momentum gerakan yang lebih besar ditengah-tengah warga kota. Saat ini tingkat kesadaran dan kepedulian warga Bandung terhadap keberadaan Sungai Cikapundung sangat tinggi, upaya kelompok – kelompok warga sepanjang sungai ini yang secara rutin melakukan kerja bakti dengan bergotong royong memberihkan sungai telah mendorong gerakan yang lebih revolusioner, yaitu upaya merevitalisasi rumah-rumah warga disepanjang sungai oleh Pemkot Bandung.
Hingga akhirnya acara Deklarasi Bersama Gerakan Cikapundung Bersih (GCB) yang dilakukan di Gedung Sabuga, Bandung beberapa waktu yang silam, dikatakan Dada, jika Sungai Cikapundung bersih tidak tercemar, maka bisa menjadi tempat wisata, dan rumah-rumah yang berada di pinggir Sungai Cikapundung diharapkan mengubah posisi agar tidak membelakakangi sungai, untuk itu pemkot akan membantu pembiayaan pembangunan bagi pemilik rumah yang mau memoloporinya.
Kegiatan bebersih sungai cikapundung yang bertajuk ‘Operasi Kukuyaan’ di Kelurahan Tamansari beberapa waktu lalu yang digelar secara massal merupakan langkah konkrit Pemkot Bandung dan warganya dalam memeliharan lingkungan dalam hal ini Sungai Cikapundung. Dada berpendapat, Kota Bandung dan warganya tidak bisa lepas dari keberadaan Sungai Cikapundung. Sungai ini memiliki panjang 28 kilometer dan sepanjang 15,5 kilometer membelah Kota Bandung, melintasi 63 RW, 15 kelurahan dan 7 kecamatan.
Cikapundung Jadi Wisata Air
Meskipun keinginan walikota agar sungai cikapundung bisa dijadikan tempat wisata terasa sulit, namun setidaknya harapan orang nomor satu Kota Bandung menjadi motivasi semua pihak untuk terus berupaya menjadikan Sungai Cikapundung menjadi sungai yang bersih, tidak berpolusi serta bisa menambah nilai keindahan kota.
Merealisasikan mimpinya terkait potensi Cikapundung menjadi wisata air di Kota Bandung akhirnya terwujud, hal itu dimaknai karena Gerakan Cikapundung Bersih merupakan salahsatu upaya memelihara alam juga memberikan nuansa estetika kota. Bahkan belum lama ini Walikota Bandung, H. Dada rosada, Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda bersama masyarakat, para aktivis pecinta lingkungan, camat dan seluruh RW di sekitar bantaran sungai Cikapundung melakukan arung jeram sejauh 4 km, dimulai dari tanggul PDAM di Kampung Padi RT 04 RW 03 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong hingga Sasana Budaya Ganesha Jl. Siliwangi.
Wisata arung Jeram guna meninjau kondisi sungai cikapundung, dan langkah awal bagian dari 5 (lima) gerakan pembangunan lingkungan hidup Kota Bandung yang diimplementasikan dalam GCB.
Sungai Cikapundung yang mempunyai panjang mencapai 28 kilometer sangat potensial sebagai objek wisata air karena mudah untuk dijangkau masyarakat, dan berbeda dengan arung jeram lain di mana 15,5 kilometernya membelah di Kota Bandung. Selain itu, Cikapundung sangat potensial dijadikan pusat wisata arung jeram karena memiliki kelebihan berada di tengah kota, arung jeram akan dilakukan setiap bulan, hari minggu dan hari libur seperti sukabumi atau pangalengan, kelebihan cikapundung mudah terjangkau saat melakukan wisata kebandung selain wisata fashion dan kuliner.
Membangun Sungai Cikapundung sebagai tempat wisata yang mampu menarik perhatian baik warga Bandung maupun wisatawan luar, “Kita ingin mengembalikan Sungai Cikapundung sebagai ruang publik, tempat bermain, berwisata sehingga hidup perkonomian masyarakat karena sungai sudah menjadi tempat wisata, tetapi ada satu syarat yaitu sungai harus bersih dari sampah” katanya.
Dada berharap, jika Sungai Cikapundung bersih maka akan bisa menjadi ikon Kota Bandung, karena Cikapundung membelah Kota Bandung dan menjadi wajah baru Kota Bandung, tetapi jika Cikapundung kotor maka akan menjadi ikon kekotoran, maka dari itu diharapkan masyarakat dapat menjaga kebersihan sungai dan menjadikan bantaran sungai kampung-kampung seni, sesungguhnya cikapundung dapat menjadi ruang publik dan tempat wisata.
2011 Optimis Raih Adipura
Bayangkan apa yang ada dipikiran anda tentang lingkungan Kota Bandung sepuluh tahun kedepan”, begitulah tanya Wakil Walikota Bandung, Ayi Vivanada dalam kesempatan semiloka terkait lingkungan hidup.
“Bandung yang kita rasakan tidak seperti Bandung seperti dulu, dimana tahun 80an pada pagi hari kita masih merasakan dinginnya embun pagi, semakin hari lingkungan kita terasa semakin panas disebabkan efek rumah kaca” lanjutnya.
Untuk itu Pemkot Bandung, lanjut Ayi, menawarkan perlunya gerakan lingkungan hidup karena pertumbuhan manusia saat ini tidak diimbangi oleh jumlah pertumbuhan pohon, sebab dinilainya kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu hanya diam saja dan merasakan lingkugan tidak nyaman atau bergerak secepatnya demi meraih lingkungan yang diharapkan.
“Ini sebagai upaya mengubah prilaku dan sikap masyakat, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kesadaran tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan, yang akhirnya menggerakan kesadaran penyelamatan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan datang” paparnya.
Selain pentinganya menyelamatkan lingkungan untuk generasi sekarang dan akan datang, Pemkot Bandung juga menaruh harapan besar akan optimismenya meraih penghargaan Piala Adipura sebagai penghargaan yang memiliki tingkat prestise yang sangat tinggi, sebab menandakan penghargaan itu diserahkan karena faktor penilaian kota bersih.
Revolusi Bandung Hijau, tegas Dada, selai sebagai gerakan yang terus digalakkan demi penyelamatan lingkungan juga sebagai faktor yang sangat menunjang dalam meraih piala adipura.
Senada apa yang disampaikan Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivanda dirinya optimistis tahun 2011, Pemkot Bandung bisa meraih penghargaan Adipura. Untuk itu, Pemkot Bandung akan melibatkan masyarakat untuk memelihara titik-titik pantau Adipura yang sudah diperbaiki.
Sampah sering menjadi masalah dalam penilaian Adipura. Untuk mengatasinya, armada dari PD Kebersihan. Asalkan PD Kebersihan akan konsisten mengangkut sampah supaya tidak ada tumpukan. Dan kita himbau kepada kepala pasar agar para pedagang mengantongi sampah dalam karung atau tolombong agar tak memenuhi jalan besar. Tempat-tempat sampah pun harus diletakkan di lokasi strategis.
Cikpundung pun, kata Ayi, bisa dilakukan hal serupa dengan menggerakkan masyarakat secara mandiri. “Di bantaran Sungai Cikapundung, mayarakat bisa diajak nonton film tentang bersih-bersih, bintang filmnya warga sekitar. Ditayangkan mulai dari sungai kotor hingga bersih,” ungkap Ayi yang mengharapkan pola tersebut ditingkatkan.
Terkait rencana penambahan indikator penilaian Adipura, yakni kualitas air dan udara, kemungkinan belum diterapkan tahun ini. Meskipun ada penambahan kriteria tersebut, pemkot tetap optimistis Adipura bisa diraih Kota Bandung. Ini dikarenakan untuk kualitas udara, Pemkot bandung sudah mengupayakannya dengan car free day dan uji emisi.
“Kalaupun ada tambahan kriteria, kita tetap optimistis. Kualitas udara di Kota Bandung sudah lebih baik, dengan adanya penerapan car free day dan uji emisi,” tuturnya.
Sejauh ini, Pemkot Bandung menjadikan kawasan Balaikota Bandung, Jalan Wastukancana sebagai kawasan udara bersih. Kendaraan khususnya mobil dinas dan pribadi, tidak bisa bebas masuk dan parkir kecuali berstiker lulus uji emisi. Diberlakukan mulai 7 Juni 2010 dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup. Sekaligus wujud konsistensi Pemkot Bandung memantapkan 5 gerakan pembangunan lingkungan hidupnya, khususnya program gerakan udara bersih.
Pencemaran udara, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, H. Dandan Riza Wardhana, adalah masuknya zat pencemar berbentuk gas-gas (CO, Nox, SOx, H2S, hidrokarbon), partkel kecil atau (aerosol, debu, timah hitam) dan energi (suhu, kebisingan) ke dalam udara. Sumbernya secara zat kimia berasal dari transportasi, industri dan persampahan.
Diharapkan Walikota Bandung, Udara Kota Bandung harus lebih bersih dan lebih sejuk. Dirinya berharap semua warga Kota Bandung melakukan uji emisi gas buang. Gerakan wajib uji emisi, diawali dari Pemkot Bandung beserta seluruh jajarannya. (Adv)